Lihat ke Halaman Asli

Belum Merdeka

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_129549" align="aligncenter" width="604" caption="Pinjem Mbah Google"][/caption]

Kemiskinan dan kebodohan

Lekat di penglihatan

Kejujuran dan keadilan

Jauh dari angan-angan

....................................................................

Korupsi, Kolusi, Nepotisme

Merajalela membabi buta

Babak baru kolonialisme

Terselubung kasat mata

..............................................................

Duhai para pemimpin kami

Sadarkah kau atas fenomena ini

Mengoyak relung hati nurani

Cobalah berfikir sebuah solusi

Untuk sedikit memperbaiki negeri

.......................................................................

Duhai para pemimpin kami

Harapan kami membumbung tinggi

Jangan sekali-kali kau lari

Apalagi menghilang bersembunyi

Seperti para pengecut yang telah di kebiri

.....................................................................................

Mengapa kau hanya diam saja?

Tak bergerak mengambil suatu tindakan nyata

Apakah hatimu membatu dan sekeras baja?

Apakah matamu juga buta?

Tak bisa melihat kebenaran di depan mata

........................................................................................

Kita belum sepenuhnya merdeka

Masih terkungkung dalam derita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline