Setiap tahun, tepatnya tanggal 23 Juli banga Indonesia memperingati sebagai "Hari Anak Nasional". Peringatan hari bersejarah ini dimulai sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tahun 1953 dan kemudian pada tahun 1984 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Hari Anak Nasional ditetapkan jatuh pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya dengan diterbitkannya Keppres No. 44/1984 yang memutuskan bahwa Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli.
Sudah dua tahun lamanya sejak "Hari Anak Indonesia" kita peringati pada masa Pandemi Covid19. Kini setelah dua tahun berlalu, peringatan Hari Anak sudah bisa laksanakan dalam situasi yang jauh relatif normal dan tidak lagi dalam bayang bayang Pandemi yang menakutkan.
Tentu saja kita berharap sebagaimana peringatan pada tahun tahun sebelumnya, di masa depan peringatan yang sama akan kembali berlangsung dalam suasan suka cita. Sekedar mengingatkan saja, pandemi yang merubah tata cara hidup ini telah berlangsung sejak Maret 2020 silam. Sejak itu pula hingga saat ini, kita masih terus berjuang bersama untuk mengatasinya. Sudah terlalu banyak dampak musibah wabah yang melanda seluruh negara di belahan dunia ini terhadap kehidupan banyak orang tak terkecuali anak-anak.
Kini pasca Pandemi yang sudah relatif melandai, perjuangan untuk memberikan yang terbaik bagi anak anak Indonesia harus terus dilanjutkan. Saya teringat pada tahun 2020 silam dimana lembaga internasional yang menaruh perhatian pada persoalan anak anak Save the Children merilis hasil temuan mereka bahwa anak anak adalah kelompok yang paling banyak terkena dampak Covid19. Lembaga itu bahkan memetakan tujuh risiko dampak pandemi Covid-19 yang berpotensi dialami di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.
Anak anak merupakan korban yang harus diselamatkan karena pandemi ini jelas jelas memberikan dampak negatif terhadap anak baik pada jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Tentu dapat kita bayangkan apa yang terjadi pada anak-anak ini. Secara fisik, selain karena mereka adalah kelompok usia yang rentan terkena penularan, anak anak juga adalah kelompok usia yang bisa saja diabaikan karena fokus pemberantasan Covid adalah pada usia dewasa. Karena itu, isu gizi dan kesehatan anak menjadi fokus yang harus diupayakan.
Perubahan tata aturan yang terjadi selama rentang waktu dua tahun di tengah masyarakat yang terjadi akibat pandemi telah membawa dampak serius pada kelompok usia ini. Adanya pembatasan sosial dapat berefek serius pada pemenuhan kebutuhan gizi mereka, apalagi juga karena adanya pembatasan akibat wabah juga berdampak buruk pada ekonomi keluarga yang harus kehilangan pekerjaan akibat minusnya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang dialami oleh orang tua mereka.
Jelas hal ini mengganggu anak untuk tumbuh dan berkembang. Apa yang dialami oleh orang tua sangat jelas memberikan banyak tekanan pada anak-anak. Dampak terdekatnya adalah pada sisi masalah kesehatan, gizi dan pendidikan serta recovery mental mereka.
Anak anak merupakan komunitas yang paling rentan menderita secara tidak proporsional. Tentu hal ini menjadi tanggung jawab kita untuk mencegah penderitaan, menyelamatkan hidup mereka. Tentulah tindakan pencegahan secara dini harus segera dilakukan dan diterapkan agar anak anak tidak mendapatkan masalah serius baik pada sisi mental dan psikis mereka maupun secara fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar mereka akan pakan, pangan dan pendidikan.
Dalam kesempatan berdialog dengan warga masyarakat di daerah pemilihan pekan lalu, saya menyempatkan diri menyampaikan beberapa hal terkait perlindungan anak anak dan kesehatan mereka. Saya, jujur saja prihatin dengan kondisi anak anak saat ini yang menghadapi berbagai masalah. Bukan hanya persoalan gizi buruk dan pandemi yang menjadi beban mereka, namun juga perundungan dan bully yang bisa saja membuat mereka depresi.
Disinilah peran dan kekuatan keluarga diperlukan untuk membentengi mereka dari perundungan yang membuat mentak mereka menjadi rusak dan tidak sehat. Kita menghadapi tantangan yang tidak kecil dan ringan. Anak anak adalah bagian dari sejarah masa depan yang harus dilindungi dari berbagai sisi termasuk ketersediaan asupan gizi, makanan dan pendidikan mental spritual mereka.