Lihat ke Halaman Asli

Saya yang "Pelit," ataukah Anda yang Tak Tahu Terima Kasih?

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari lalu, ketika saya menjemput seorang teman dengan menggunakan transportasi taxi terjadi hal yang sangat tak mengenakan mengenai teman saya itu. Inilah kisahnya..

Ketika ia baru pertama kali memasuki taxi ia bertanya "waah, parfummu wangi sekali", karena ia berkata seperti itu, dan pada saat itu juga saya sedang membawa parfum tersebut, saya lalu mengeluarkannya. Dengan maksud agar ia dapat menyemprotkan ke pakaiannya juga. Tetapi hal yang mengejutkan terjadi, tiba-tiba ia berkata " saya ambil mi nah ini parfum" (dengan logat kendarinya), saya pun kaget dengan hal yang ia katakan. Ia juga langsung memasukkan parfum tersebut ke dalam tasnya, padahal saya telah men0lak secara halus keinginannya tersebut.

Setelah kami tiba dirumah teman saya tersebut, sayapun menanyakan kembali tentang parfum yang ia ambil secara "paksa" dari saya. Ia malah berkata "kalo begitu parfum ini saya bagi dengan teman dekatmu saja" (yang kebetulan tetangganya). Kerena tidak enak hati sayapun mengiyakan kenginannya tersebut. Tetapi, Sebelum mengiyakan kenginannya tersebut, saya meminta agar ia memindahkan isi dari parfum yang ia ambil tersebut ke botol lain. Sebab saya memerlukan botol parfum tersebut untuk di isi ulang. Iapun mengiyakan kenginan saya tersebut. Kesepakatanpun terjadi !

Keesokan harinya, saya mengirimkan sms menanyakan tentang botol parfum tersebut, ia malah mengirimkan pesan balasan yang berisi "astagaa ko masih ingat juga pale", sayapun kaget ketika membaca smsnya. Waah ini apa maksudnya ? Bukankah ini sudah menjadi kesepakatan ?. Lalu saya mengingatkan kembali tentang kesepakatan tersebut, dan tak ada balasan selanjutnya.

Tak lama kemudian tetangganya yang juga teman dekat saya menelpon saya. Ia bercerita tentang teman yang mengambil parfum saya tersebut, bahwa secara "tidak langsung" ia telah menyinggung diri saya pada teman-temannya yang sama sekali tidak mengetahui apa-apa mengenai hal ini. Ketika salah seorang temannya lewat ia berkata "Eh anu ko sudah ambil botol parfummu?".

Ketika saya mendengar carita tersebut sayapun kaget. Mengapa ia sampai tega menyingguna diri saya seperti itu, padahal ini semua telah menjadi kesepakatan bersama. Bukankah  memang sejak awal dia yang memaksa untuk mengambil parfum yang saya miliki tersebut?

Sejak saat itu saya selalu berpikir mengenai kejadian ini. Saya yang "pelit" ataukah "dia yang tak tau terima kasih?".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline