Group of Twenty atau yang selanjutnya disingkat dengan G20 merupakan pertemuan akbar yang hampir setiap tahun dilaksanakan oleh anggotanya yang notabene merupakan beberapa negara penggerak ekonomi dunia.
Forum tersebut merupakan sebuah pertemuan antar pemerintah untuk mengatasi isu-isu yang diantaranya terkait dengan ekonomi global, yang termasuk didalamnya stabilitas finansial, mitigasi perubahan iklim dan perkembangan yang berkelanjutan.
Tahun ini puncak acara G20 akan diadakan di Indonesia pada sekitar bulan Oktober-November di kota Bali. Pertemuan ini akan membawa isu prioritas yaitu arsitektur kesehatan global, transisi enegi berkelanjutan, dan transformasi digital. Melalui Sherpa Track pada G20 tahun ini, salah satu agenda working group yang menurut penulis cukup menarik untuk dibicarakan adalah Ekonomi Digital (Digital Economy).
Pada Kick Off G20 on Education and Culture yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai pertemuan perdana dari rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia tahun 2022, dalam acara tersebut Mira Tayyiba Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo menyampaikan bahwa melalui teknologi digital masyarakat Indonesia terbukti cukup adaptif terhadap transformasi digital.
Hal ini terlihat pada meningkatnya pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) pada online marketplace yang jumlahnya hampir mencapai 8 juta pengguna baru pada saat pandemi dibandingkan dengan saat sebelum pandemi Covid-19. Ini bisa menjadi salah satu sinyalemen positif terhadap perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Lebih lanjut lagi, Mita Tayyiba yang juga merupakan Chair Digital Economy Working Group (DEWG) pada G20 tahun 2022, menjelaskan bahwa DEWG akan membahas isu mengenai konektivitas digital dan pemulihan paska Covid-19; literasi dan keterampilan digital; serta arus data lintas bata (cross border data flow).
Ekonomi digital tidak sesederhana memindahkan suatu pekerjaan dari luring (offline) menuju daring (online), namun konsep pemikiran tersebut merupakan perubahan budaya dari mulai cara kita bekerja, belajar sampai dengan kehidupan sehari-hari.
Ekonomi digital tidak hanya soal mengganti uang kertas menjadi e-wallet atau tidak hanya perihal membubuhkan tanda tangan basah yang kemudian berganti menjadi tanda tangan elektronik pada setiap surat. Ekonomi digital merupakan suatu turunan konsep pemikiran yang lebih besar yaitu transformasi digital.
Dalam sebuah laporan pada konfrensi ilmiah internasional tahun 2016, Strenitzerova dan Garbarova pada tulisan "Impact of globalization on human resource management in the information and communication sector" menyebutkan bahwa "Transformasi digital merupakan transformasi strategis yang tidak hanya membutuhkan implementasi teknologi digital, tetapi juga perubahan lintas sektoral organisasi, pergeseran budaya dan model bisnis.".
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa masyarakat indonesia tidak akan sepenuhnya bisa memahami mengenai program transformasi digital dan ekonomi digital tersebut apabila kita menyamaratakan metode penyampaiannya.
Transformasi digital itu merupakan bagian dari sebuah perubahan budaya (digital culture), sedangkan kultur masyarakat di Indonesia sangatlah beragam sehingga perlu pendekatan yang sesuai antara satu kalangan dengan kalangan yang lain.