Lihat ke Halaman Asli

Teuku Amnar Saputra

Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Sigli dan Dosen Luar Biasa di PTI Al-Hilal Sigli

Kerampilan Mendongeng Bagi Anak

Diperbarui: 6 Januari 2025   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar seorang anak dan jerapak (Sumber:Pixabay)

Malam itu, seorang ayah duduk di samping tempat tidur putrinya yang berusia enam tahun. Sang putri memintanya untuk menceritakan dongeng sebelum tidur. Sang ayah, yang biasanya hanya membaca buku cerita, memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda. Ia mulai merangkai cerita tentang seorang ksatria kecil bernama Arka yang berpetualang mencari bintang jatuh. Dengan nada suara yang bersemangat, gerakan tangan yang dramatis, dan ekspresi wajah yang hidup, sang ayah berhasil membuat putrinya terpaku pada cerita itu. Saat kisah berakhir dengan Arka menemukan bintang jatuhnya, sang putri berseru, "Ceritakan lagi besok, Ayah!"

Keterampilan mendongeng, seperti yang ditunjukkan oleh sang ayah, adalah seni yang membutuhkan lebih dari sekadar membaca atau menyampaikan fakta. Mendongeng melibatkan kemampuan untuk menghidupkan cerita, membuatnya terasa nyata, dan membangun koneksi emosional dengan audiens. Berikut adalah beberapa keterampilan mendongeng yang penting untuk dikuasai, baik oleh guru, orang tua, maupun siapa saja yang ingin membawa cerita ke dalam kehidupan.

1. Menguasai Struktur Cerita

Sebuah cerita yang menarik biasanya memiliki struktur yang jelas: pembukaan, konflik, dan resolusi. Pembukaan berfungsi untuk menarik perhatian, konflik menjadi inti dari cerita, dan resolusi memberikan kepuasan kepada audiens. Misalnya, kisah tentang Arka dimulai dengan impiannya mencari bintang jatuh (pembukaan), diikuti dengan tantangan yang ia hadapi selama perjalanan (konflik), hingga akhirnya ia berhasil mencapai tujuannya (resolusi).

2. Memanfaatkan Intonasi Suara

Suara adalah alat utama dalam mendongeng. Intonasi yang tepat bisa membuat audiens terhanyut dalam cerita. Ketika menceritakan bagian yang penuh ketegangan, gunakan nada suara yang rendah dan perlahan. Sebaliknya, saat cerita mencapai klimaks, naikkan nada suara untuk memberikan efek dramatis.

3. Ekspresi Wajah dan Gerakan Tubuh

Ekspresi wajah yang hidup dan gerakan tubuh yang mendukung cerita dapat membuat dongeng terasa lebih nyata. Bayangkan menceritakan kisah seekor harimau yang mengaum tanpa menggerakkan tangan atau menunjukkan ekspresi wajah tegang---cerita itu akan kehilangan daya tariknya.

4. Interaksi dengan Audiens

Mendongeng bukanlah monolog; ini adalah dialog tidak langsung dengan audiens. Tanyakan kepada mereka, "Menurut kalian, apa yang akan terjadi selanjutnya?" atau libatkan mereka dalam cerita, seperti meminta mereka menirukan suara hujan atau angin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline