Lihat ke Halaman Asli

Tety

emak-emak pemalu

Kantor Hantu

Diperbarui: 2 Juli 2024   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design


Di jantung pusat kota, sebuah gedung perkantoran tua berdiri, ditinggalkan dan diselimuti misteri. Dulunya merupakan pusat aktivitas yang ramai, namun telah ditinggalkan selama bertahun-tahun setelah serangkaian kecelakaan yang tidak dapat dijelaskan. Rombongan terakhir yang menempati ruangan itu telah melarikan diri dengan tergesa-gesa, meninggalkan meja-meja yang penuh dengan kertas dan barang-barang pribadi.

Tira, seorang jurnalis muda dan ambisius, telah mendengar cerita tersebut. Bisikan suara-suara aneh, kerlap-kerlip lampu, dan bayangan yang bergerak sendiri. Bertekad untuk mengungkap kebenaran, dia memutuskan untuk bermalam di sana, berbekal kamera, senter, dan buku catatan.

Saat senja tiba, dia mendekati gedung itu, fasadnya yang menjulang tinggi menjulang di langit yang semakin gelap. Dia mendorong pintu yang berat dan berderit itu dan melangkah masuk. Udara dipenuhi debu, dan bau jamur yang samar masih melekat. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gema langkah kakinya di lantai ubin yang retak.

Dia berjalan menuju lift, sebuah alat kuno yang mengerang protes saat dia menekan tombol menuju lantai paling atas. Dengan gemetar dan tersentak, ia mulai mendaki perlahan. Lampu berkedip-kedip, menimbulkan bayangan menakutkan di dinding. Jantung Tira berdebar kencang, tapi dia memaksa dirinya untuk tetap tenang.

Pintunya terbuka dengan bunyi ding, memperlihatkan lorong panjang yang remang-remang. Kantor-kantor berjajar di kedua sisi, pintu-pintunya terbuka seolah-olah ada yang pergi dengan tergesa-gesa. Tira berjalan menyusuri lorong, senternya menembus kegelapan. Dia berhenti di kantor pertama dan mengintip ke dalam. Meja-meja terbalik, kertas-kertas berserakan dimana-mana, dan rasa tidak nyaman menggantung di udara.

Dia menyiapkan kameranya, mengarahkannya ke ambang pintu, dan duduk di salah satu meja untuk membuat catatan. Saat dia menulis, dia mendengar suara bisikan samar, seperti gemerisik kertas. Dia mendongak, tapi ruangan itu kosong. Sambil menghilangkan rasa gugupnya, dia melanjutkan pekerjaannya.

Berjam-jam berlalu, dan bangunan itu tampak hidup dengan suara-suara aneh. Derit papan lantai, dengungan lembut, dan suara mesin ketik di kejauhan. Senter Tira berkedip-kedip, dan tiba-tiba dia merasa merinding. Dia membungkus jaketnya lebih erat di sekelilingnya dan berdiri untuk memeriksa kameranya.

Saat dia mendekatinya, suhunya semakin turun. Dia bisa melihat napasnya di udara. Bisikan itu semakin keras, dan dia berbalik, mencoba menemukan sumbernya. Sinar senternya jatuh pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Seorang pria berjas kuno, matanya cekung dan gelap.

Nafas Tira tercekat di tenggorokannya. Pria itu melangkah maju, dan dia tersandung ke belakang, senternya jatuh ke lantai. Dia mencari-cari kameranya, putus asa untuk menangkap bukti, tetapi sosok itu menghilang secepat kemunculannya.

Tiba-tiba, ruangan itu menjadi gelap gulita. Senternya telah padam sepenuhnya. Kepanikan mulai terjadi, dan Tira bergegas mencari ponselnya. Saat dia menyalakan layar, dia melihat sebuah pesan tertulis di dinding dengan warna merah:

"Pergi sekarang, atau bergabunglah dengan kami selamanya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline