Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

hanya ibu rumah tangga biasa

Tidak Ada Kelas IPA dan IPS, Siswa Dikelompokkan dalam Peminatan yang Sama

Diperbarui: 31 Juli 2024   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: sman3depok.sch.id

Anak kedua saya, Annajmutsaqib yang biasa disapa Najmu, sekarang kelas 12 di SMA Negeri 3 Kota Depok, Jawa Barat. Sejak anak saya kelas 11, SMA ini sudah menerapkan tidak ada lagi penjurusan. Tidak ada kelas IPA dan tidak ada kelas IPS. Saat itu, istilahnya kelas prototipe.

Ini adalah tahun kedua bagi anak saya menjalani penerapan Kurikulum Merdeka. Merdeka dalam memilih mata pelajaran yang diminatinya, yang sesuai dengan karier yang diimpikannya.

Sosialisasi mengenai tidak ada lagi kelas IPA dan kelas IPS dilakukan ketika anak-anak masih di semester ganjil kelas 10. Jadi, ketika anak-anak berada di kelas 11, anak-anak dikelompokkan dalam kelas yang memiliki peminatan yang sama.

Misalnya, anak yang lebih berminat pada bidang Biologi akan dikelompokkan dengan anak-anak yang memiliki minat yang sama. Anak yang memiliki peminatan di bidang kedokteran dikelompokkan dengan anak-anak yang memiliki minat yang sama.

Anak saya ditempatkan di kelas 11.4. Di kelas ini adalah anak-anak yang memiliki peminatan di bidang kedokteran, farmasi dan kesehatan. Anak saya memang bercita-cita ingin menjadi dokter, maka ia memilih mata pelajaran yang linear dengan peminatan itu.

Ada 11 kelas untuk kelas 11. Dari masing-masing kelas, saya tidak tahu kelompok peminatan mata pelajaran, selain kelas anak saya di kelas 11.4. Apakah kelas 11.1 untuk anak-anak peminatan di bidang bahasa? Kelas 11.2 untuk peminatan di bidang sosial? Kelas 11.3 untuk peminatan di bidang Matematika? Kelas 11.5 untuk peminatan di bidang Olahraga? Entahlah.

Sebelum kenaikan kelas, anak-anak memang diminta untuk mengisi google form mengenai bidang-bidang yang diminati. Selain itu, ada Tes Bakat Minat untuk mengidentifikasi seperti apa bakat serta potensi yang dimiliki oleh anak-anak. Selanjutnya, guru Bimbingan Konseling akan menuntun, memberikan masukan dan nasihat kepada siswa.

Menurut penjelasan sekolah saat itu, dihapusnya kelas IPA dan IPS agar anak-anak lebih fokus pada bidang yang diminatinya. Anak-anak pun mempunyai waktu yang lebih banyak untuk menguatkan kompetensi dirinya. Anak-anak menjadi lebih menguasai mata pelajaran yang mereka pilih.

Dokumen pribadi

Misalnya, anak yang berminat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada program studi teknik dapat memilih mata pelajaran Matematika tingkat lanjut dan Fisika tanpa mengambil pelajaran Biologi. Anak yang bercita-cita menjadi dokter bisa memilih mata pelajaran Biologi dan Kimia tanpa harus menempuh pelajaran Matematika tingkat lanjut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline