Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

hanya ibu rumah tangga biasa

Tahun Baru Islam, Sudahkah Merencanakan Amal Saleh?

Diperbarui: 21 Juli 2024   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Kita sudah memasuki tahun baru Islam dan sudah berganti tahun. Sebelumnya tahun 1445 Hijriah, kini tahun 1446 Hijriah. Bulan Muharam sudah kita lewati beberapa hari, bahkan sudah melewati 10 Muharam.

Lantas sudahkan kita merencanakan amal-amal ibadah apa saja yang akan kita jadikan sebagai resolusi di Tahun Baru Islam ini?

Seperti halnya pergantian tahun baru masehi, kita membuat sejumlah resolusi pencapaian-pencapaian. Setidaknya selama satu tahun ke depan. Kita juga melakukan refleksi akhir tahun, apa yang harus dibenahi atau diperbaiki untuk perjalanan satu tahun ke depan yang lebih baik.

Target tahun ini, misalnya, bisa beli mobil baru, beli rumah baru, jalan-jalan keluar negeri, buka usaha kuliner, atau apa saja yang menjadi resolusi diri. Begitu terencana. Bukan begitu?

Mengapa hal yang sama tidak kita lakukan saat pergantian tahun baru Islam? Untuk urusan dunia saja kita begitu terencana, mengapa untuk urusan akhirat biasa-biasa saja? Tidak ada perencanaan sama sekali. Dan, terkadang seringnya berlalu begitu saja. Padahal, amal-amalan inilah yang akan menjadi bekal kita di kehidupan akhirat nanti.

Begitu tausyiah yang disampaikan Ustadz Rikza Maulan, MA, Lc dalam Kajian Islam Subuh Ahad (KISAH), usai shalat subuh berjamaah, Minggu 14 Juli 2024, di Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. 

Pekan ini masuk kajian hadist mengangkat
tema "Urgensi Perencanaan Amal Saleh Bagi Seorang Muslim". Kajian juga disiarkan secara langsung di YouTube channel Sobat Al-Ihsan.

Dari Abu Ta'ala Syidad bin Aus radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Di samping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah." (HR Tirmidzi).

Ustadz menyampaikan dari hadist tersebut, kita dianjurkan untuk introspeksi diri atau bermuhasabah atas amal-amalan yang kita lakukan. Kemudian memperbaiki untuk menjadikan amalan yang rutin.

Semisal, yang tadi shalatnya tidak tepat waktu, selalu ditunda-tunda, menjadi tepat waktu. Atau yang tadinya tidak shalat 5 waktu, mulai berubah untuk shalat 5 waktu. Setelah itu ditambah dengan shalat-shalat sunah rawatib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline