"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS Ali Imran: 185)
***
Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, beberapa hari lalu mengadakan kuliah umum Manajemen Kematian bertema "Mengubah Mindset Kita dari Takut Menjadi Berani Memuliakan Jenazah Keluarga Sendiri". Flyer kegiatan ini sudah share di group-group WA beberapa hari sebelumnya.
Mungkin karena kapasitas ruangan yang terbatas, peserta pun dibatasi. Materinya sangat menarik. Jadi, tanpa berpikir panjang lagi, saya pun mendaftar. Bagi saya, materi ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat. Bisa menjadi bekal buat saya pribadi yang insyaallah dapat saya amalkan di kemudian hari.
Bagaimanapun pengurusan jenazah adalah hal yang penting diketahui oleh masyarakat. Bagi umat Islam, penting mengetahui dan memahami tata cara pengurusan jenazah yang sesuai dengan syariat Islam yaitu sesuai Alquran dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Baca juga: Dauroh Janaiz, Begini Tatacara Pengurusan Jenazah
"Belajar bagaimana memuliakan jenazah, sebetulnya sangat mudah. Ikuti Kuliah Umum Manajemen Kematian dengan waktu durasi 4-5 jam. Setelah mengikuti kuliah ini, akan terbangun mindset. Dari takut menjadi berani memuliakan jenazah keluarga sendiri khususnya dan berani juga memuliakan jenazah orang lain," tutur pemateri Ustadz Dr. (HC) Rusmanto Hy, S.Pd. I.
Ia adalah Ketua KPJ (Komunitas Peduli Jenazah) Institute, Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia juga Pembina IPPJI (Ikatan Persaudaraan Pemulia Jenazah Indonesia). Ia tidak sendiri, tetapi membawa tim-nya yang semuanya relawan dan telah ikut pelatihan manajemen kematian.
Dikatakan, selama ini, umumnya masyarakat menyerahkan pengurusan jenazah kepada amil jenazah. Pihak yang dianggap paling paham untuk mengurusi jenazah. Kita, sebagai masyarakat banyak yang tidak memahaminya.
Kurangnya bekal ilmu menjadi salah satu penyebab kondisi tersebut terjadi. Karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengikuti pembekalan ini. Setidaknya bisa dipraktikkan jika ada anggota keluarga yang meninggal.