Lihat ke Halaman Asli

Media dan Kemenangan Jokowi Pada Pemilukada DKI Jakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1. Pendahuluan

Fenomenal! Kata itulah yang pantas dialamatkan kepada pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama pada Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 lalu. Betapa tidak, pasangan yang dikenal dengan sebutan Jokowi-Ahok ini memenangkan baik di putaran pertama maupun kedua.

Pada putaran pertama, hasil survei quict count Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis tiga jam setelah pemungutan suara, Jokowi-Ahok meraih 42,56 persen. Pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) meraih 33,60 persen suara. Kemenangan di putaran ini sangat jauh dari prediksi. Pasalnya, sejumlah lembaga survei dan pengamat politik mengunggulkan pasangan Foke-Nara. Lingkaran Survei Indonesia misalnya, pada 1 Juli 2012 melansir hasil penelitiannya bahwa Foke-Nara memenangkan Pemilukada DKI Jakarta. Hasil perolehan suaranya diperkirakan 49,1 persen suara sedangkan Jokowi-Ahok hanya 14,4 persen suara (Majalah Detik, 16-22/07/2012).

Pada putaran kedua, pasangan Jokowi-Ahok pun unggul. Melalui perhitungan cepat, LSI-TV One menyatakan 53,68 persen untuk Jokowi dan 46,32 persen untuk Foke-Nara. Hasil perhitungan cepat Kompas, Jokowi-Ahok unggul 52,97 persen, Foke-Nara 47,03 persen. Indo Barometer-Metro TV 54,11 persen untuk Jokowi-Ahok, 45,89 persen untuk Foke-Nara. Ines 42,61 untuk Foke-Nara dan 57,39 persen untuk Jokowi-Ahok. Hasil MNC Media-SMRC, 52,63 persen untuk Jokowi-Ahok dan 47,37 persen untuk Foke-Nara. Sedangkan LSI-SCTV 46,19 persen untuk Foke-Nara dan 53,81 persen untuk Jokowi-Ahok (Majalah Detik, 24-30/09/2012).

Kemenangan ini sungguh luar biasa. Pasalnya, pasangan Jokowi-Ahok hanya didukung dua partai, yaitu PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Sedangkan pasangan Foke-Nara, didukung dari mulai partai besar seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, PKS, PPP, PAN hingga partai gurem seperti, Partai Barisan Nasional, PDP, PPRN dan Partai Karya Perjuangan. Sehingga Jokowi menyebutnya sebagai semut melawan gajah.

Sebelum bertarung dalam Pemilukada DKI Jakarta, Jokowi-Ahok tidak dikenal oleh masyarakat Jakarta. Kemenangan pasangan Jokowi-Ahok tidak lepas dari peran media termasuk di dalamnya sosial media. Sejumlah surat kabar, media elektronik memberitakannya. Siti Juhro, pengamat politik dari LIPI, menyebutkan banyak sekali pemberitaan positif terkait Jokowi. Ia menjadi ikon dan kesayangan media (detik.com, 21/09/2012).

Dalam Koran Harian Kompas edisi 24 September 2012 mengupas mengenai dukungan media sosial terhadap pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Dukungan media sosial berbanding lurus dengan pemberitaan di media massa.

Dalam laman web analytics.topsy.com, salah satu situs menyediakan pelacakan brand, terutama di jejaring sosial Twitter, sejak 24 Agustus 2012, kata kunci Jokowi rata-rata dibicarakan 15.000-30.000 kali setiap hari.

Dari grafik yang dihasilkan Topsy, banyaknya mention atau penyebutan terhadap brand Jokowi ataupun Foke berbanding lurus dengan berita yang ada di media massa

Nama Jokowi di dunia maya terutama melonjak dibicarakan orang pada 16 September, dipicu berita di sebuah media massa berjudul "Foke Pertanyakan Motivasi Jokowi Jadi Cagub".

Berita itu tampaknya lebih condong mengekspos nilai negatif dari Jokowi, tetapi kenyataannya justru memberi umpan balik atau sentimen positif terhadap Jokowi dengan menghasilkan sebanyak 88.441 percakapan di Twitter. Pada hari yang sama, percakapan terhadap brand Foke menghasilkan 58.511 kali dengan berita "Inilah 'Positifnya' Jokowi di Mata Foke".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline