Lihat ke Halaman Asli

Okti Li

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

Mengintip Perjuangan Perempuan Disabilitas

Diperbarui: 25 Juli 2022   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yesi, pelaku usaha Marici asal Cianjur. Dok pribadi 

Sudah lama tidak komunikasi dengan Yesi, mojang Cianjur yang sejak saya mengenalnya sekitar 12 tahun lalu itu sudah berwirausaha mandiri. Perlu diketahui, meski Yesi penyandang disabilitas, namun tanpa patah semangat ia bekerja keras menjadi pelaku wirausaha mengangkat kuliner lokal khas Cianjur, Marici untuk lebih dikenal masyarakat luas.

Kabar terbaru darinya, ia merantau bersama sang suami. Sementara usaha yang telah lama dirintisnya di Cianjur terpaksa ditinggalkan. Singkat kata usaha Yesi berhenti saat pandemi karena banyak hal yang jadi penyebabnya.

Memang sih ya, saat pandemi Covid-19, banyak pelaku usaha yang terkena dampak. Tidak sedikit yang hiatus bahkan gulung tikar. Untuk mempertahankan usahanya, salah satu solusi yang dilakukannya ialah dengan beralih ke penggunaan sistem pemasaran digital. Bersama suami di perantauan ia berjualan dan mempromosikan produknya secara online.

Tidak bisa dipungkiri jika solusi digital ini memang memungkinkan pemilik usaha perempuan sekaligus penyandang disabilitas seperti Yesi untuk lebih bisa menyeimbangkan antara urusan domestik rumah tangga dan bisnis (pekerjaan). Jujur masih banyak yang memandang sebelah mata dengan pelaku UMKM penyandang disabilitas ini.

Yesi tidak sendiri. Baca informasi dari kemenpppa.go.id ada sebanyak 54% perempuan pemilik usaha mikro yang telah memasuki pasar online untuk mempertahankan usahanya.

Secara tidak langsung, itu jadi tantangan dan peluang bagi UMKM perempuan agar mampu scaling up melalui pemanfaatkan teknologi digital.

Sebagai upaya dukungan pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, serta pemulihan ekonomi pasca pandemi, melalui KemenPPPA bekerja sama dengan pihak lain, terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas perempuan pelaku usaha terkait pemahaman kewirausahaan berperspektif gender, scaling up business, pemasaran dan branding, literasi keuangan dan juga promosi melalui digital marketing.

Berkaca pada pengalaman Yesi dan pelaku usaha lainnya, untuk menjawab tantangan bagi UMKM perempuan dibutuhkan sinergi yang kuat antar pilar pembangunan, baik dari sektor pemerintahan, dunia usaha dan profesi seperti Bank Indonesia, media, lembaga masyarakat, akademisi, dan seluruh rakyat Indonesia.

Secara para pelaku usaha UMKM perempuan sesungguhnya membutuhkan bantuan modal dan pendampingan intensif dalam pengembangan bisnis dan jejaring, terlebih pasca pandemi.

Kebetulan nih sebentar lagi akan diadakan KTT G20 dan negara kita berperan penting sebagai Presidensi G20. Dengan adanya momentum Presidensi Indonesia di G20 dimana Women 20 (W20) salah satu engagement group yang melakukan advokasi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, yang juga melaksanakan Program Kelas Inkubasi Bisnis dalam bentuk Kompetisi Modal Pintar Sisternet, bisa menjadi jembatan untuk mengakomodasi kebutuhan para pelaku usaha khususnya para pelaku usaha perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline