Reportase Akhir Kunjungan TMMIN: Wajib Menulis itu Saat Kompasiana Visit Kawin dengan Kompasiana Nangkring
Meski harus tertatih-tatih mengupload tulisan terkait kendala Kompasiana versi beta yang banyak sekali mengalami perubahan serta gangguan, akhirnya serangkaian reportase kegiatan Kompasiana Visit yang dilakukan Kompasianer ke PT. TMMIN di Sunter Plant pada hari Rabu, 10 Juni 2015 lalu berhasil saya tayangkan hingga batas waktu terakhir penyetoran yaitu 24 Juni 2015.
Beberapa point penting terkait reportase kunjungan ke Pabrik Toyota sudah saya publis sebelumnya, seperti: Bagaimana Jadinya Jika Ibu Rumah Tangga Ngefans (Belajar) Sama Toyota?; Safety Riding TMMIN: Yang Unik Yang Menarik Tak Boleh Memasukan Tangan di Saku!; Mengintip Video Toyota: Tak Kenal Maka Tak Sayang, Toyota dan Astra, Sama Tidak?; Prinsip CBC TMMIN Jadikan Karyawan Sebagai Raja di Tempat Kerja; dan reportase saya yang terakhir pada tulisan ini yang mengupas tentang Kompasiana Nangkring, dengan judul: Reportase Akhir Kunjungan TMMIN: Wajib Menulis itu Saat Kompasiana Visit Kawin dengan Kompasiana Nangkring.
Ya, pada rangkaian acara Kompasiana Visit kali ini memang agak sedikit berbeda dengan Kompasiana Visit sebelum-sebelumnya. Kali ini Kompasiana Visit digabungkan (baca dikawinkan) dengan Kompasiana Nangkring dalam satu sesi sekaligus. Hasilnya? Setelah mendapat masukan tentang ilmu dan wawasan seputar seluk beluk dunia kepenulisan dari pakarnya, yaitu tiada lain Pak Banu Astono dari Kompas, saya merasa mendapat energi baru untuk menyetorkan tulisan hasil dari kunjungan ke pabrik Toyota dengan runut dan sebisa mungkin dapat dipahami pembaca. Mudah-mudahan bisa membawa pembaca seolah ikut serta mengunjungi pabrik yang memproduksi kendaraan Fortuner, Yaris, Inova, Avanza dan sebagainya ini.
Meski kondisi fisik cukup lelah setelah berkeliling pabrik, namun materi kepenulisan yang disampaikan Pak Banu dengan santai dan diiringi gelak tawa ini dengan mudah dapat dicerna dan dimengerti. Materinya memang cukup ringan, namun isinya benar-benar berbobot, luar biasa!
Dalam sesi Kompasiana Nangkring ini, diawali beberapa patah kata sambutan dari perwakilan TMMIN yang menginformasikan jika di lingkungan pabrik juga ada majalah yang terbit setiap 3 bulan sekali dengan nama: INFOKAR. Infokar ini sendiri kependekan dari Info karyawan.
Dilanjutkan materi “Menulis itu Mudah” oleh Pak Banu, yang menyentil dan masuk akal karena saya pribadi merasa banyak tersindir, mengingat saya selalu ogah-ogahan menulis dan saat ini sedang kumat penyakit malas membaca. Sementara menurut Pak Banu justru modal untuk menulis itu ialah membaca. Nah lho!
Siapapun pasti bisa menulis (mengetik). Mengarang, menceritakan pengalaman, membuat laporan dan menulis status di media sosial pun adalah bagian dari proses menulis (mengetik). Menulis tidak harus menggantungkan nasib kepada bakat atau kemampuan yang dibawa sejak lahir, karena bakat bukanlah sebuah persyaratan untuk bisa menjadi penulis.
Ketahuilah kalau menulis itu sesungguhnya adalah kemampan tingkat dasar. Jadi siapapun dipastikan pasti bisa menulis. Ini tentu akan jadi pukulan telak buat para Kompasianer yang masih suka mencari-cari alasan karena malas menulis seperti saya, hehehe... Solusinya adalah seperti dipaparkan Pak Banu yaitu teruslah berlatih menulis, disamping adanya keinginan kuat untuk membaca. Karena dengan membaca, dengan sendirinya nanti kita bisa pandai memilih kata-kata untuk dituangkan lagi dalam tulisan-tulisan kita.
Jika ada kendala dalam proses menulis, rata-rata penyebabnya adalah kebingungan bagaimana cara memulai tulisan. Ide sudah menumpuk di kepala tapi tidak tahu bagaimana cara menuangkannya. Jika memulai dengan membuat kerangka cerita, masih juga kebingungan tidak tahu bagaimana membuat kata pembukanya. Menyusun kalimat masih dirasa kurang tepat, apalagi menggunakan pemilihan kiasan dan atau majas. Jika tanda-tanda itu sangat dominan kita miliki, maka ketahuilah kalau itu tandanya minat membaca kita memang rendah.
Sebenarnya jika kita sudah terbiasa menulis dan membaca, maka langkah awal dalam membuat sebuah tulisan pada dasarnya adalah sebuah hal yang mudah. Jika akan membuat sebuah tlisan dipastikan langkah pertamanya adalah menentukan topik tulisan. Kemudian baru diikuti mengumpulkan bahan-bahan atau sumber rujukan materi-materi yang akan dibuat. Setelahnya membuat kerangka besar dari ide tulisan kita itu yang selanjutnya kerangka itu kita kembangkan semenarik mungkin. Setelah selesai, baca-baca lagi hasil tulisan kita tersebut dengan cermat. Tidak ada yang berat, bukan?