Meski keluarga kami hidup serba pas-pasan, namun soal penampilan tidak pernah kami sepelekan. Penampilan yang baik selain menambah rasa percaya diri, juga membuat kami lebih dihargai dan disejajarkan dengan orang lain yang dilihat dari status sosial mereka lebih berada.
Hidup sederhana yang kami jalani bukan berarti penampilan kami asal-asalan tanpa memikirkan pantas atau tidak, cocok atau tidak. Meski beli baju hanya saat lebaran saja (itu pun jika ada uangnya) namun kebersihan serta kerapihan tetap kami nomor satukan.
[caption id="attachment_341354" align="aligncenter" width="300" caption="Stok Kispray di rumah (semua foto dokumentasi pribadi)"][/caption]
Terlebih untuk suami, aku selalu mengutamakan kerapihan pakaiannya. Sebagai seorang tenaga pengajar, yang setiap hari kerja harus menyampaikan materi di depan murid, aku tidak ingin gara-gara penampilannya yang tidak rapih suami jadi tidak percaya diri dan tidak maksimal saat mentransfer ilmu kepada anak didik.
Seragam suami dari sekolah untuk satu minggu sudah ditentukan dari pihak sekolah kapan memakainya. Senin sampai Sabtu ada 4 kali ganti pakaian, selebihnya pakaian pribadi yang mayoritas berbahan batik atau baju koko.
[caption id="attachment_341355" align="alignleft" width="300" caption="Menyetrika kegiatan rumah tangga rutinku setelah anak tidur dan listrik nyala"]
[/caption]
Sehari sebelum suami akan memakai seragam yang sudah ditentukan, aku pastikan pakaiannya sudah rapi disetrika dan tidak kusut. Lipatan celana, kerah baju serta bagian saku selalu aku perhatikan benar-benar karena pada bagian itu biasanya saat menyetrika tampak rapi, tapi beberapa saat kemudian setelah panas dari setrika hilang, tampak kusut lagi serta lipatan memudar.
Jika siang hari tidak sempat menyetrika maka malamnya setelah anak tidur aku sempatkan menyetrika, paling tidak pakaian untuk dipakai suami esok hari. Pakaian bayi dan lainnya masih bisa dikerjakan lain waktu.
Oya, jika tidak bisa menyetrika karena listrik di kampung kami sering mati dalam rentang waktu cukup lama, maka pilihanku jatuh pada kebiasaan menyetrika ala tempo dulu. Yaitu menyetrika menggunakan arang, menggunakan setrika warisan orang tua dulu. Repotnya sih bukan kepalang. Tapi mau gimana lagi, jadinya meski butuh waktu lama dan panas-panasan bau asap ya dinikmati saja.
Sering air mata ini menetes tak tertahan jatuh di atas pakaian yang hendak disetrika. Air mata ini timbul karena beberapa sebab. Pertama karena mata perih yang disebabkan asap dari kayu yang dibakar supaya bisa menghasilkan arang. Mengipasi arang hingga jadi bara supaya bisa menyetrika itu asapnya luar biasa banyak, dan itu tidak mudah lho!
[caption id="attachment_341356" align="aligncenter" width="300" caption="Menyetrika dengan Kispray anti kuman lebih cepat, praktis dan hasilnya memuaskan."]
[/caption]