Banyaknya jenis camilan tradisional ternyata memberi inspirasi bagi pelaku usaha untuk berbisnis. Berbekal kreativitas dan jeli melihat peluang, para pengusaha membungkus camilan tradisional dengan kemasan modern.
Strategi ini ternyata mampu menaikkan nilai jual bagi makanan tradisional. Alhasil, camilan yang biasanya ada di warung-warung kini mampu bersanding dengan produk-produk ternama.
Salah satu pelaku usaha yang sukses mengubah citra camilan tradisional adalah Rofi Agustina. Gadis belia asal Desa Toyareka, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga yang baru menginjak usia 20 tahun ini memproduksi camilan mie lidi dan mie gepeng sejak 2 tahun silam.
Alasan Rofi terjun ke bisnis ini karena besarnya peluang. Menurut dia, masyarakat Purbalingga, khususnya anak muda, gemar mengonsumsi makanan ringan di kala senggang.
Rofi memproduksi mie lidi dan mie gepeng. Makanan yang terbuat dari tepung terigu ini sering dijumpai di dekat SD-SD atau warung. Cita rasa pedas asin makin klop dengan tekstur mie yang renyah.
Dia mengklaim memulai bisnis dengan modal 300ribu rupiah. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan baku dan kemasan.
Agar berbeda dengan mie lidi yang dijual di warung, dia menambahkan rasa-rasa yang membuat konsumen ketagihan. 19 varian rasa yang ada di produk mie lidi dan mie gepeng diantaranya, basah pedas asin, basah balado, basah jagung manis, basah ekstra pedas, coklat, greentea, strawberry, blueberry, taro, tiramissu, pedas asin, extra pedas, keju, balado, jagung manis, BBQ, rumput laut, jagung bakar, dan masih nanyak lainnya.
Rofi memasarkan mie lidi dan mie gepeng melalui media sosial, salah satunya Instagram @cemilanku.byrofishoppbg
Selain itu, Rofi juga merekrut agen (reseller) untuk meningkatkan penjualan. Kini, mie lidi dan mi gepeng hasil produksinya sudah memiliki 80 reseller yang tersebar di Purbalingga, hingga Yogyakarta.