Lihat ke Halaman Asli

Tesya Sonia

Tulisan dan Membaca dapat Membangun Persepektif Seseorang

Wejangan untuk Citizen Journalist dalam Menulis Feature

Diperbarui: 8 November 2020   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    

Banyaknya peristiwa yang terjadi di dunia, membuat orang-orang tertarik mengabadikan dan membagikan kepada khalayak ramai. Hal tersebut memunculkan julukan sebagai “Citizen Journalist”. Salah satu karya yang diunggahnya adalah tulisan feature. Lalu, bagaimana menulis feature yang menarik dan baik?

Pada siang hari yang cerah tepatnya Senin, 26 Oktober 2020, kami berkesempatan untuk mengikuti sebuah webinar dengan tema “Why Journalistic Writing is Matter?”. Acara tersebut diawali dengan pembahasan materi menulis feature oleh Hermien Y. Kleden yang lebih senang dipanggil “Kaka”, ia merupakan seorang editor senior di majalah Tempo sekaligus pengajar di Tempo Institute. Sapaan yang membuat terngiang-ngiang di kepala yakni “Young Friends” membuat interaksinya dengan mahasiswa menjadi lebih akrab. Pembawaan yang semangat dan menyenangkan membuat ruangan virtual tersebut hidup, sehingga berbagai macam pengalaman dan ilmu pengetahuan baru yang disampaikan dapat terserap dengan baik. Lebih dari seratus orang mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta hadir untuk menggali informasi mengenai bagaimana cara citizen Journalist menulis produk jurnalistik yang baik khususnya dalam kategori feature.

Citizen Journalist adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Masyarakat tidak hanya menjadi konsumen media saja tapi juga bisa terlibat dalam proses pengelolaan informasi itu sendiri. Sekitar tahun 2000-an muncul di Korea Selatan ada media surat kabar harian online bernama OhMyNews yang diciptakan oleh Oh Yeon-ho dan rekan-rekannya. Mereka menggunakan “Guerilla Methods” yaitu, reporter relawan yang mempublikasikan hasil beritanya pada internet, semua orang bisa menulis berita tanpa harus berlatar belakang jurnalisme. Hal ini didasari oleh perkembangan teknologi sehingga maraknya citizen journalist.

 Salah satu karya yang diunggah oleh para citizen journalist adalah tulisan feature. Feature merupakan sebuah tulisan yang masuk ke dalam produk jurnalistik. Feature sendiri merupakan karya tulis non fiksi yang disajikan secara santai tak seperti halnya berita, namun tetap memberikan unsur informatif dan juga menghibur. Dalam menulis feature, terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan. Di mana hal tersebut berupa unsur pembangun seperti action, angle, dan anekdot.

Dalam penulisan feature, kita harus menentukan model feature apa yang ingin kita bagikan. Banyak macam model ada laporan investigasi, politik, opini, bisnis atau seperti feature ini, sebagai berbagi informasi dan hiburan. Sebagai unsur hiburan, feature harus memiliki unsur human interest di dalamnya.

Pada dasarnya struktur penulisan feature terdiri dari beberapa hal yaitu judul, lead, body dan ending atau ekor. Bagian yang terpenting dalam feature ialah lead. Lead dalam feature adalah sebagai pembuka serta menjadi penentu apakah feature menarik untuk dibaca atau tidak. Lead harus berisi hal yang menjanjikan bahwa keseluruhan feature menarik. “Lead harus kuat, lead itu seperti gerbang rumah. Ketika gerbang rumah bergantungan pada tanaman yang hijau dan lucu, itu membuat mata kita tertarik” ujar Kak Hermien menjelaskan sebagaimana lead harusnya dibuat. Pembaca seperti orang yang mengetuk pintu, jika pintu itu bagus dan baik maka orang akan datang dan bertamu. Sama halnya dengan lead, jika lead itu bagus orang akan membaca dari awal sampai habis.

Sebuah pertanyaan diajukan oleh salah satu anggota tim kami, Naufal Adrian, ia memberikan beberapa pertanyaan terkait penulisan feature “Bagaimana cara agar kita memiliki batasan ketika menulis feature saat mengangkat pengalaman pribadi? Terkadang ketika terlalu nyaman bercerita, kita justru curhat dan melenceng dari tujuan utama.” tanya Naufal. 

Bagi Kak Hermien, dalam menulis feature kita harus menghindari cerita pribadi, kecuali cerita pribadi itu ada kaitan dengan kepentingan publik. Sebuah feature harus memiliki tema yang memiliki kepentingan publik. “Intinya pengalaman pribadi itu tidak bisa jadi news, kecuali kalau kepentingan pribadi itu mempunyai magnitude, terus ada urusan dan kepentingan publik, dan juga kepentingan pribadi itu membawa informasi baru dan bermanfaat untuk sekitarnya, nah baru bisa pengalaman pribadi itu dijadikan feature. Misalnya ketika adanya pandemi kita jadi lebih sering berantem dengan ibu kita, dan ternyata hal itu terjadi juga ke 15 temen kita, nah itu baru bisa diangkat jadi feature karena itu bisa menjadi informasi baru bagi publik.” tambah wanita yang sekarang lebih fokus untuk berbagi ilmu dibandingkan menjadi jurnalis lapangan. “Untuk menghibur harus ada unsur entertaining, dan entertaining itu merupakan saudara dekatnya human interest” lanjut Kak Hermien untuk menutup pertanyaan Naufal. setelah selesai menjawab pertanyaan yang ditanyakan peserta, Kak Hermien pun mengajak foto bersama sebagai dokumentasi sebelum webinar tersebut berakhir. 

Sosok Kak Hermien yang penuh semangat mengajak kita untuk menjadi mahasiswa yang lebih produktif dan kreatif. Banyak pengalaman yang diungkapkan oleh Kak Hermien yang beliau lalui menjadi sebuah keterbukaan pembelajaran dan pemikiran yang baru bagi kami mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta. Di mana kami masih baru mengenal dunia jurnalistik baik cetak maupun online, sehingga kami semakin mengerti bahwa kredibilitas narasumber diperlukan karena berdampak pada fakta yang disajikan. Di samping itu, kami juga menjadi tahu cara penulisan berita khususnya feature yang baik dan benar.

Penulis : 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline