Lihat ke Halaman Asli

Tesya Sonia

Tulisan dan Membaca dapat Membangun Persepektif Seseorang

Pandemi Rasisme

Diperbarui: 8 November 2020   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana membuat negara ini menjadi negara yang kaya akan suku, adat dan budayanya. Berdasarkan data  Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa. 

Dilansir dari Kompas.com pada tahun 2018 Presiden Jokowi mengatakan Indonesia merupakan negara majemuk, karena memiliki penduduk berjumlah 260 juta jiwa yang terdiri dari 714 suku dan tinggal menetap di 17 ribu lebih pulau dari Sabang sampai Marauke dan dari Mianggas sampai Pulau Rote. 

Kemajemukan bangsa Indonesia membuat adanya perbedaan yang menciptakan sebuah harmonisasi dalam bermasyarakat dimana menjadikan adanya perbedaan warna kulit, model rambut, cara berpakaian dan cara berkomunikasi. 

Suku dapat menjadi sebuah identitas dari masing-masing  individu maka, adat serta budaya yang ada dapat menjadi sebuah pembeda dalam bermasyarakat. 

Dimana jika seseorang terlahir dengan adat dan budaya yang kuat maka dapat menciptakan sebuah kecintaan seseorang terhadap budayanya sendiri sehingga berpengaruh pada pola pikir dan gaya hidup.

Kecintaan terhadap suatu suku dan budaya merupakan hal baik, karena melestarikan budaya adalah suatu kewajiban seluruh masyarakat Indonesia. Rasa cinta terhadap suatu kesukuan dan budaya yang mendalam dapat membuat sebuah pandangan bahwa suku dan budaya yang kita miliki adalah yang paling istimewa, hal ini dapat disebut sebagai primordialisme. 

Jika rasa primordialisme tidak diminimalisir dapat menjadikan sebuah suatu sistem yang dinamakan rasisme. Rasisme merupakan sebuah sistem yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang ada pada ras manusia dapat memiliki dampak penilaian rasa yang lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras lainnya. Sehingga dapat menimbulkan ketimpangan dalam bersosial ditengah masyarakat bahkan dapat menjadi bibit perpecahan ditengah-tengah perbedaan yang ada di Indonesia.

]Manusia adalah makhluk sosial dimana sesama manusia saling membutuhkan, yang berarti manusia tidak dapat mampu hidup sendiri. Tetapi nyatanya manusia masih kurang untuk saling menghargai satu sama lain. Dimana seperti yang dikatakan oleh Thomas Hobbes, seorang filsuf Inggris dalam bukunya Leviathon bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk memuaskan kepentingannya sendiri. 

Maka Hobbes mengatakan bahwa manusia ialah Homo Homi Lupus yang berarti manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ketika masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima adanya banyak perbedaan yang ada maka, dapat menimbulkan suatu pembeda alamiah yang tidak sengaja terbentuk oleh masyarakat. 

Hal ini dapat menjadikan sebuah isyarat dimana rasisme yang dari dahulu sudah terjadi, terjadi kembali dimasa yang sudah modern ini.  Sehingga dapat menimbulkan rasa sakit hati kepada suatu pihak tertentu yang dapat menyebabkan gangguan mental, kurangnya percaya diri, kemajuan terhadap potensi seseorang dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Membicarakan perihal rasisme maka kita tidak dapat lepas dari sosok Nelson Mandela, dimana beliau menghabiskan waktunya dipenjara untuk memperjuangkan hak warga kulit hitam. Perjuangan Mandela membuahkan hasil ketika ia berhasil menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan pada 1994 dan 1999. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline