Lihat ke Halaman Asli

Ancaman "Lost Generation" di Eropa

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kami kedatangan dua orang tamu yang berasal dari Eropa Tengah, mereka sudah menginap selama seminggu disini, berniat mengadu nasib di salah satu kota tujuan wisata dunia, Amsterdam.

Mereka dan jutaan generasi muda dari Eropa Timur atau Eropa Selatan banyak yang bermigrasi ke negara-negara 'kaya' di Eropa dengan tujuan utama mencari penghidupan. Sejak krisis menghantam Eropa di tahun 2008 terjadi perubahan pola imigrasi di Zona Eropa secara fundamental.

"Tidak mudah mencari kerja saat ini" kata sang tamu yang mengaku sudah mengirim ratusan lamaran kerja. Pengalaman bekerja di restoran selama empat tahun dengan kemampuan berbahasa Belanda yang cukup untuk percakapan sehari-hari pun belum bisa mendongkraknya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ada memang pekerjaan sampingan sebagai pencuci piring atau petugas kebersihan, tapi upahnya tidak cukup untuk membiayai hidup di Belanda yang mahal, imbuhnya.

Mereka tidak sendiri, saat ini di Eropa terdapat lebih dari 8 juta penggangguran usia muda, sesuatu yang menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel sebagai "Europe's most pressing problem" terkait dengan ancaman "lost generation"- suatu istilah yang dipopulerkan oleh Ernest Hemingway - bercermin pada kondisi pasca Perang Dunia I saat generasi muda terombang-ambing dalam kesulitan mencari pekerjaan sehingga mereka bingung, disorientasi dan kehilangan arah hidup.

Dalam khazanah sufistik, kondisi sulit dalam mencari penghidupan ini diistilahkan sebagai fase "dikeringkan dalam kehidupan", sebagaimana kisah Yusuf as di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya satu fase yang baik untuk pertumbuhan jiwa. Agar manusia tidak lupa kepada Sang Pencipta. Menarik melihat perkembangan dunia saat ini, semakin menyadari kita semua hanya bidak catur di ujung tangan Sang Pencipta.[]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline