Lihat ke Halaman Asli

Cika Tesazabalia

Panggil saja cika

Ki Hadjar Dewantara dan Pemikirannya

Diperbarui: 21 September 2024   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya mempercayai bahwa perginya Ki Hajar Dewantara tidak mengakhiri perjuangan beliau begitu saja. Ki Hajar Dewantara telah meninggalkan warisan yang begitu penting bagi Indonesia, khususnya di bidang pendidikan. Beliau mewariskan sistem pendidikan dan semangat juang untuk anak-anak bangsa dalam menempuh pendidikan yang layak.   

Beberapa semboyannya dipakai oleh negara seperti Tut Wuri Handayani yang saat ini menjadi semboyan pendidikan. Melalui pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara, merupakan sosok yang memerdekakan manusia khususnya dalam pendidikan. Sehingga diharapkan dengan adanya pemikiran beliau, sebagai penerus bangsa khususnya calon pendidik diharapkan membangun impian untuk mewujudkan peserta didik menjadi manusia yang merdeka yang akan mendidik atau mengarah kepada kehidupan yang lebih layak.   

Dalam metode pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan harus mampu menghasilkan peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita betapa pentingnya peranan seorang pendidik,serta orang tua di mana harus mampu melakukan asih (mendidik dengan tulus), asah (selalu mengasah ilmu dan keterampilan anak didik), serta asuh (selalu memotivasi peserta didik untuk menjadi yang terbaik dan memegang teguh etika dan kebenaran). Sebagai seorang calon pendidik, saya bisa mempelajari bahwa sebagai seorang pendidik seharusnya memberi contoh bagi siswa, dan menjadi pamong untuk peserta didik dengan menempatkan peserta didik sebagai sentral proses dalam pendidikan. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar suai dengan kodrat alam dan zaman yang dimilikinya. Selain itu pendidikan karakter, Budi Pekerti juga perlu ditanamkan kedalam diri peserta didik, sebab pengajaran dan pendidikan tidak hanya berhenti ketika berada didalam kelas tetapi akan berlangsung di lingkungan sekolah bahkan didalam lingkungan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline