Pernah nggak Anda berniat membuka Google untuk mencari informasi penting, eh, malah terjebak scrolling di For You Page (FYP) TikTok atau Instagram?
Ini adalah fenomena yang makin sering kita alami dalam kehidupan digital sehari-hari. Lalu, kenapa kita bisa terjebak seperti demikian? Apakah kita hanya sekadar kurang fokus atau ada faktor lain yang mempengaruhi?
Sebelum masuk lebih dalam, mari kita bahas dulu bagaimana mekanisme yang terjadi di otak kita saat berinteraksi dengan teknologi. Ketika kita berniat untuk mencari sesuatu di Google, biasanya itu adalah sebuah tujuan yang jelas. Mungkin kita sedang mencari informasi mengenai topik tertentu, referensi kerja, atau hanya sekadar mencari resep masakan. Begitu kita membuka browser dan mengetik kata kunci, kita mulai fokus pada pencarian itu.
Namun, entah kenapa, sering kali muncul godaan untuk membuka aplikasi media sosial sebentar, hanya untuk memeriksa notifikasi atau sekadar melihat apa yang sedang ramai dibicarakan. TikTok, Instagram, atau X (sebelumnya Twitter) menyajikan konten yang terus-menerus menggoda untuk diklik. Dengan fitur algoritma yang dirancang untuk menyesuaikan preferensi kita, FYP menawarkan beragam video yang bisa membuat kita terbuai dalam rentetan konten yang menarik dan menghibur.
Itulah yang sering kita sebut sebagai "social media loop". Di mana kita mulai dengan tujuan tertentu, tetapi terjebak dalam scroll tanpa akhir. Fenomena ini bukan tanpa alasan. Dalam dunia yang serba instan, media sosial bekerja dengan cara yang sangat cerdas dalam menarik perhatian kita. Fitur "auto-play" dan algoritma berbasis data yang terus mengadaptasi minat kita, menciptakan pola yang sulit untuk diputuskan.
Apakah Ada Alasan di Baliknya?
Ada beberapa alasan psikologis yang menjelaskan mengapa kita bisa terjebak dalam lingkaran scrolling ini.
Efek Dopamin Setiap kali kita menemukan sesuatu yang menarik atau lucu di media sosial, otak kita melepaskan dopamin, hormon kebahagiaan. Rasa senang ini memberi kita motivasi untuk terus melanjutkan pencarian konten menarik lainnya. Makin banyak kita scroll, makin banyak dopamin yang dilepaskan, dan makin sulit untuk berhenti.
Konten yang Dapat Dikonsumsi Sangat Cepat Salah satu alasan media sosial sangat efektif membuat kita terjebak adalah karena format konten yang mudah dikonsumsi. Video pendek, gambar, dan teks ringan membuat kita tidak perlu berpikir terlalu banyak untuk menikmati hiburan. Sebaliknya, pencarian informasi di Google membutuhkan usaha lebih, mulai dari memilih kata kunci yang tepat hingga membaca artikel panjang.
Kurangnya Pemantauan Diri Ketika kita mulai scroll, kita cenderung kehilangan kesadaran akan waktu yang telah berlalu. Kita tidak lagi menyadari berapa lama kita telah menghabiskan waktu hanya untuk melihat video atau membaca tweet. Ini adalah akibat dari kurangnya pengawasan diri yang terjadi dalam dunia digital yang penuh distraksi.