Lihat ke Halaman Asli

Senyum Bunda

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selesai bacaan novelku pagi ini. Penghilang jenuh setiap hari sembari menunggu dokter dan suntikan obat, di atas ranjang rumah sakit ini.

Pintu terbuka. Itu Bagas 18 tahun. Anakku. Kami berpelukan. Beruntung kakiku saja yang lumpuh.

Melepaskan diri, Bagas keluar ruangan.

Jeda waktu terdengar ketukan jendela kaca. Bagas dan balon berwarna kuning. Setelah mendapat perhatianku, dilepasnya semua.

Kembali dia masuk dan memelukku. Bercerita yang dilakukannya tadi.

“Kemarin kulihat pelangi tapi tak terlihat warna kuning .”

Aku menunggu.

“Kulepaskan tadi agar warna kuning menyempurnakan warna pelangi.Agar senyum Bunda selalu sempurna seperti lengkung dan indah warna pelangi.”

“Aku sayang Bunda.”

Kubalas sayangnya dengan bahasa isyarat juga, cara kami berkomunikasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline