Lihat ke Halaman Asli

pasar malam itu

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

~ hanya kerinduan kelak membawaku pulang~

22 Juli 2011

Dear adik. Ada pasar malam di desa sebelah. Ingatkah kita pernah membeli gula kapas? Dan kita memakannya saat pulang berjalan kaki. Pelan-pelan. Habis. Sebelum sampai rumah agar kita tak dimarahi Ibu karena membeli dan memakan gula kapas itu.

23 Juli 2011

Dear Adik. Ada pasar malam di desa sebelah. Tadi melihat balon Nemo si ikan badut. Hanya saja dia bersirip sama besar. Kamu ingat kisah ini. Sama seperti kita yang dengan segala kekurangan pergi dari rumah demi melihat dunia yang lebih luas. Dan kembali demi sujud terima kasih pada Ibu dan Bapak.

24 Juli 2011

Dear adik . Ada pasar malam di desa sebelah. Kembali ramai setelah waktu lalu sebagai tempat penampungan para pengungsi dari Merapi . Kini kehidupan terus berjalan. Sebuah cita-cita menjadi tujuan.

26 Juli 2011

Dear Adik. Ada pasar malam di desa sebelah.
Donat, untir-untir, tahu petis banyak makanan dipersiapkan untuk dijajakan nanti malam.
Dulu kita sering hanya dapat melihat dan menghirup kelezatan. Tak mungkin kita dapat membelinya. Adzan berkumandang bergegas kembali ke rumah. Masakan Ibu pasti lebih lezat. Yang terbaik.

28 Juli 2011

Dear Adik. Ada pasar malam di desa sebelah. Ingatkah kita diam-diam membeli sepasang kelinci setelah tangisanmu semalam merengek ingin membeli mereka? Kemudian kita beri nama Plendas dan Plendus. Lucu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline