Lihat ke Halaman Asli

Saat ku Butuh

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari seakan menunjukan dirinya dengan perlahan namun pasti, cahayanya nampak indah dengan pantulan yang nampak bak sebuah cermin terang dalam kotak. Udara segarpun terasa menusuk ke tulang-tulang yang usang dimakan oleh jaman. Ku terduduk di persinggahan yang amat ku cintai, namun dengan kesendirianku. Yaaah..... aku hanya seorang nenek yang hidup sebatangkara tanpa seorang cucu dan sanak saudara di sampingku, semuanya jauh suamikupun telah meninggalkan aku di saat aku sedang ingin bersamanya. Begitu malang nasibku, namun aku harus tetap kuat dan bertahan disini! sejuta kenangan telah terukir dalam persinggahan yang telah kusinggahi ini, cukuplah buatku tuk menjadikan suatu penyemangat untukku. Namun, sampaikapan ini kan seperti ini? aku butuh kehangatan layaknya sebuah keluarga yang bisa memberi tawa senyum dalam hari-hariku, namun semua itu seakan pupus dan sirnah. Tuhan....kembalikan mereka padaku, aku butuh mereka tuk melengkapi hari-hariku, Tolong aku Tuhan....
Hari berganti hari, waktupun berputar dengan cepat. dan di saat nenek tersebut sedang terduduk di depan latar rumahnya, ia mendengan teriakan anak kecil yang semakin jelas dalam telinganya.
"nenek...nenek....aku datang nenek....nenek aku rindu terhadapmu.....peluk dan cium aku nek, jangan kau lepas dan biarkan aku pergi tuk meninggalkanmu sendiri lagi nek"
Raut muka yang nampak berkerut itu seakan tak nampak lagi, di saat semua hadir dan berkumpul bersama nenek tersebut :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline