Lihat ke Halaman Asli

Zen dan Manfaatnya dalam Berinteraksi dengan Orang Lain

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam situasi hidup dan mati, saat saling menghunus pedang dgn musuh, di manakah seharusnya seorang samurai menempatkan pikirannya?


Sebuah pertanyaan yg sangat provokatif, yg dijabarkan Takuan Soho, seorang biksu Zen, dlm suratnya kepada Yaghu Munenori, salah satu pesaing utama Miyamoto Musashi pd masanya. Surat yg katanya sangat diidam2kan oleh Musashi.

Sudah umum saat itu, penyatuan Zen dgn seni pedang tak dapat dipisahkan, krn manfaat prinsip dan praktek dr Zen tsb bagi seorang samurai yg berguna saat bertarung dgn lawan.

Dan juga manfaat Zen ini pun penulis rasa berguna jg bila dipraktekkan dlm kehidupan sehari2, lebih spesifiknya dalam interaksi dgn org yg baru kita kenal, bukan hanya bagi samurai yg sedang bertarung mempertaruhkan nyawa saja. Tapi sebelumnya, penulis akan menuliskan sekilas penjelasan biksu Takuan mengenai pertanyaan tsb:

Jadi di manakah seorang samurai 'menempatkan' pikirannya dlm situasi hidup dan mati?
Apakah pada pedangnya? Atau pedang musuh? Pada antisipasi gerakan pedang musuh berikutnya?
Dikatakan, bila kita pikiran kita terhenti pada gerakan pedang musuh, berpikir menerima pedang begitu saja, berarti pikiran kita terhenti pd pedang itu saja, gerakan kita tak selesai, dan kita pun dirobohkan oleh lawan.

Di tulis oleh Takuan, bila pikiran kita sedikit saja terpecah oleh serangan musuh, atau serangan kita, posisi musuh atau ritmenya, gerakan kita akan menjadi salah dan akan mengakibatkan kita terbunuh..

Katanya kita tak boleh menempatkan pikiran dalam diri sendiri. Menahan pikiran dlm tubuh hanya dilakukan dlm latihan awal, oleh pemula.

Bila kita menempatkan pikiran pd ritme, maka pikiran kita akan ditaklukkan oleh ritme itu sendiri. Begitu pula bila menempatkan pikiran pada pedang. Dikatakan pikiran yg berhenti disebut sebagai delusi dlm ajaran Buddha, "Penderitaan akibat berdiam dlm ketidaktahuan."

"Jika kau menempatkannya di tangan kanan, pikiran akan tersita oleh tangan kananmu, dan fungsi tubuhmu akan berkurang. Jika kau menempatkannya di mata, pikiran akan tersita oleh matamu, dan fungsi tubuhmu akan berkurang. Tak perduli di mana kau menempatkannya, jika kau menempatkan pikiran di satu tempat, fungsi tubuhmu yg lain akan berkurang."

"Nah, kalau begitu, di mana orang harus menempatkan pikirannya?"

Biksu Takuan menjawab, "Jika kau tdk menempatkannya di mana pun, pikiran itu akan bergerak ke seluruh bagian tubuh dan menjangkau seluruh tubuh. Dengan begitu, ketika kau memasuki tangan, pikiran akan menyadari fungsi tangan. Ketika memasuki fungsi kaki, pikiran akan menyadari fungsi kaki."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline