Lihat ke Halaman Asli

Jangan Khawatir

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Daniar berjalan menyusuri jalanan kecil perumahan padat tempat dia dan keluarganya pindah. Dia sebenarnya enggan meninggalkan rumahnya yang lama. Yang masih di penuhi hijau mebelukar di pekarangan. Jalanan yang banyak sepinya dari pada ocehan tentangga yang baru dijumpainya. Dan tentu saja teman-temannya yang sudah sangat membekas di hatinya.

Tak jarang ibu-ibu rumahan yang duduk di teras memandanginya dengan tatapan aneh. Sesekali dia menoleh kebelakang untung mengingat jalan pulang. Di ujung suatu jalan, dia menghadap pertigaan dengan sepetak tanah yang agak lapang di depannya. Di sana terdapat bebarapa bangku kosong berjajar. Dia berpikir mungkin inilah tempat tonkrongannya kelak bersama teman-teman barunya. Diseberanginya jalan itu dan dia duduk sejenak di salah satu bangku.

Dia melihat jam di tangannya, ternyata dia telah satu jam berputar-putar. Tak seorangpun anak seumurannya dia jumpai, ah.. mungkin mereka lagi sekolah. Tapi tidak lama kemudian, ada tiga anak lewat dengan tas dijinjing dengan seragam dikeluarkan. Tawa menggema di antara mereka dengan bahasa yang masih agak asing di telingannya.

Mereka berbelok ke jalan yang baru saja dia lewati disusul suara lengkingan pagar dibuka. Meraka masuk ke dalam rumah sebelah kanan jalan.

Setelah beberapa menit termenung mengamati lingkungan barunya, dia merasa harus segera kembali ke rumah, takut orang tuanya cemas. Dengan hati-hati dia mengingat jalannya kecil menuju rumahnya. Ada beberapa ibu-ibu rumahan yang dia jumpai pertama tadi tampak masih belum beranjak. Begitupun tatapan aneh mereka.

"Dan, dari mana saja ?" Ibunya menyapanya sambil menggotong beberapa kerdus ke dalam rumah.

"Jalan-jalan bu.. Mana yang bisa kubantu?"

"Itu, ambilkan beberapa kerdus yang masih tertumpuk di teras" Jawab ibunya setelah menaruh beberapa kerdus berisi pakaian.

Setelah barang-barang di teras kosong. Keduanya duduk di kursi yang masih belum tertata.

"Bagaimana, kamu suka tempat ini?" Tanya ibunya.

"Belum.." Jawabnya menggantung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline