Kemarin adalah hari pertama dalam bulan Februari 2021 dan bertepatan hari Senin. Sebagaimana setiap hari senin kami ada acara khusus untuk studi bersama mengenai hal-hal aktual dalam kehidupan kami sebagai Suster Fransiskanes OSF Sibolga. Dua minggu terakhir, cuaca di kota Sibolga amat kering dan rasanya seperti kemarau.
Mata air kami yang langsung dari gunung pun tidak mencukupi lagi untuk seluruh Kompleks Biara OSF San Damiano Pandan. Akhirnya bersama dengan teman-teman, kami mendaki bukit yang berada di depan kompleks Biara untuk melihat situasi yang terjadi. Dan benar, mata air sudah mengecil. Kami cepat tanggap situasi ini sebelum menjadi masalah serius.
Itulah sebabnya kami merencanakan bahwa studi bersama seperti biasa kami lakukan bertemakan belajar bersama dengan alam. Kami membawa bibit pohon ketapang, yang juga merupakan lambang Kongregasi kami. Biasanya pohonnya amat rindang dan subur, apalagi ditanam di pinggir pantai. Namun pohon ini kami tanam juga di halaman luar Biara.
Tepat hari yang ditunggu, kami studi bersama dengan alam. Sebelum berangkat untuk menanam pohon kami ambil foto untuk kenangan. Eh, ternyata memang ini benar, menjadi sebuah kenangan pada tanggal 01 Februari 2021. Suatu masa yang tidak pernah akan kembali. Kami telah mengisinya dengan menanam satu harapan baru, yang dilambangkan dengan pohon. Berharap juga semoga dikemudian hari semakin rajin menanam pohon. Karena satu pohon sangat berarti untuk menyediakan oksigen bagi kehidupan.
Saya suka bercocok tanam, dan suka juga berada di alam. Mungkin minat ini semakin berkembang karena memang kami adalah pengikut dari Sang Pelindung Ekologi di Dunia, yakni St. Fransiskus dari Asisi. Biasanya setiap rumah atau komunitas kami selalu dikelilingi oleh tanam-tanaman atau bunga-bungaan. Berpuluh-puluh spesies tanaman bunga hias hadir di taman. Mulai dari Bunga yang tidak terkenal sampai dengan bunga yang amat viral jaman now, yakni Bunga Janda Bolong.
Ketika studi bersama tentang lingkungan, mataku tertuju pada tanaman Bunga Janda Bolong. Saya masih tetap mempertanyakan mengapa bunga yang ‘aneh’ ini tiba-tiba bisa viral dan harganya melejit tinggi.
Sebenarnya Bunga Janda Bolong yang ada pada kami sekarang ini sudah sangat lama berada di ujung tembok Biara San Damiano, sekitar tahun 2008 yang lalu, bunga ini sudah ada di pinggir pagar biara. Daunnya hanya akan diperlukan ketika merangkai bunga.
Selain itu jarang dilirik apalagi diurus secara istimewa. Tak pernah terpikir bahwa ‘nasibnya’ akan berubah. Dari segi statusnya, selama ini hanya bertumpuk dan kurang terurus di sudut-sudut pagar, lalu tiba-tiba statusnya menjadi ‘penguasa’ di taman tengah Biara.
Dulu Si Janda Bolong ini tumbuh di celah-celah batu, sekarang dia tumbuh diatas sebuah pot bunga putih bersih, tanah subur dan sabut kelapa empuk sebagai penyangga. Sungguh fantastis memang!