Lihat ke Halaman Asli

Cara Komunikasi Efektif dengan Media

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Komunikasi adalah proses kemitraan dan partisipasi yang didasari pada dialog dua arah, di mana ada pertukaran interaktif dari informasi, ide, teknik dan pengetahuan antara pengirim dan penerima informasi pada pijakan yang sama.

Proses itu dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan bersama, konsensus, dan identifikasi untuk tindakan efektif. Untuk melakukan dialog perlu mengenal fundamental dari komunikasi itu, yaitu:

A = audience = Siapa targetnya?
P = purpose = Apa yang ingin anda capai?
C = content = Apa yang ingin anda komunikasikan?

Selain mengerti arti dan fundamental komunikasi, para humas harus mengembangkan komunikasi yang efektif dengan media. Sebelum melakukannya, para humas perlu mengenal ruang kerja para jurnalis. Yang perlu diperhatikan adalah:


  1. Memahamikonteksruangberita.
  2. Tahuapa yang ingin andasampaikan.
  3. Menyuguhkan topik yang menarik dan terkini.
  4. Akurasidan kejelasan.
  5. Aksesibilitas dan
  6. Memudahkan pekerjaanwartawan.
  7. Membangun hubungan secara individu.


Dalam membangun kerjasama tersebut, para jurnalis memiliki kelebihan dan kekurangan untuk menjalankan komunikasi yang efektif, di antaranya:


  1. Menjadipendukung dalam penyebaran informasi
  2. Membantu mendapatkan informasi secara efektif
  3. Menyederhanakanmasalah yang kompleksdanmenghubungkannya dengankehidupan masyarakat
  4. Dapat merusakatausalah menafsirkanpesan yang anda maksud


PR Corner

Dalam acara PR Corner pada hari Senin (2/3/2015) malam, topic di atas menjadi tema diskusi acara tersebut. Dengan mengangkat tema “Effective Communication with Media” narasumber yang dihadirkan pun dari kalangan media, di antaranya Pemimpin Redaksi MetroTV, Putra Nababan dan Editor in Chief Femina Magazine, Petty S.Fatimah.

Diskusi interaktif ini dapat terlaksana atas kerjasama London School of Public Relations Jakartadengan stasiun radio Litefm 105.8 Jakarta. Selain offair, acara ini juga dapat anda dengar setiap hari Senin malam, pukul 20.00 sampai 21.00 WIB.

Menurut Putra, bad PR dapat terjadi setiap waktu. Jika kondisi ini menimpa lembaga pemerintahan dan atau swasta, bad PR dapat menjadi momok di media sosial. Hal itu tak bisa dihindari seiring perkembangan teknologi dan pemakainya yang sudah melek teknologi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Petty. Menurutnya, seorang Public Relations (PR) tidak bisa mengontrol bahkan meredam momok yang berkembang di media sosial, meskipun berpotensi untuk tersebar lebih luas lagi.

“Tugas PR dalam kondisi ini adalah harus siap menghadapi dan menjawab komplain dari konsumen secara cepat dan jelas. Kita harus menghargai pendapat komplain tersebut,” kata Petty. “Sebab, PR dan media memiliki tugas dan fungsi masing-masing”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline