"Sampah bukan sekadar masalah, tapi solusi pengentasan kemiskinan dan pelestarian lingkungan"
SURABAYA - Di tengah krisis sampah yang melanda kota-kota besar Indonesia, sebuah gerakan yang dimulai dari bank sampah sederhana di Barata Jaya kini telah menjelma menjadi penggerak perubahan sosial di Surabaya. Yayasan Bina Bhakti Lingkungan (YBBL) membuktikan bahwa sampah bukan sekadar masalah, tapi bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan dan pelestarian lingkungan.
"Bayangkan, dari sampah yang dianggap tidak bernilai, kini puluhan anak bisa sekolah dan belasan keluarga pemulung bisa mencukupi kebutuhan hidupnya," ungkap Mas Haidzar, Community Development Officer YBBL dengan antusias saat ditemui di kantornya, Sabtu (7/12).
Dari Bank Sampah Menjadi Pemberdaya Masyarakat
Berawal dari sebuah ide sederhana di tahun 2017, YBBL yang didirikan oleh alumnus ITS kini telah bertransformasi menjadi motor penggerak ekonomi circular di Surabaya. Tidak hanya mengelola sampah, yayasan ini berhasil menciptakan ekosistem yang menghubungkan pemulung, warga, sekolah, dan perusahaan dalam satu visi keberlanjutan.
"Dulu kami harus keliling naik toa untuk mengajak warga memilah sampah. Sekarang, mereka yang datang ke kami, bahkan perusahaan-perusahaan besar seperti Four Points dan JW Marriott mempercayakan pengelolaan sampah plastik mereka kepada kami," jelas Haidzar.
Inovasi yang Mengubah Paradigma
YBBL tidak berhenti pada pengelolaan sampah konvensional. Melalui program EPPEL (Edukasi Pelatihan dan Pemberdayaan Ekonomi Lingkungan), mereka berhasil mengembangkan inovasi mengubah sampah plastik menjadi paving block yang kini digunakan di berbagai fasilitas publik Surabaya.
"Ini bukan sekadar daur ulang, tapi upgrade value. Sampah plastik yang biasanya hanya dihargai Rp 1.000 per kg, bisa bernilai puluhan kali lipat setelah menjadi paving block," tambah Haidzar.
Membentuk Generasi Peduli Lingkungan