Tulisan ini adalah resensi terhadap buku Kepemimpinan Transglobal yang menurut penulis adalah sebuah konsep pemikiran luar biasa oleh Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M.M.
Buku yang sangat menarik dan menggugah. Membahas tentang implementasi Kepemimpinan Transglobal Leadership, yaitu tipe kepemimpinan yang memiliki 6 kecerdasan intelegensi. Meliputi kecerdasan kognitif (Cognitive intelligence), kecerdasan moral (Moral Intellegence), kecerdasan emosional (Emotional Intellegence), kecerdasan budaya (Cultural Intellegence), kecerdasan bisnis (Bussiness Intellegence) dan global intelegensia (Global Intellegence).
Kecerdasan tanpa dukungan keteladanan perilaku kepemimpinan tidak akan mampu menghasilkan penyelesaian persoalan secara tuntas. Oleh karena itu, selain didukung kecerdasan, pemimpin transglobal juga harus memiliki lima karakter perilaku diantaranya: (1) Ketahanan terhadap ketidakpastian (Uncertainty Resilience), (2) Konektivitas tim (Team Connectivity), (3) Fleksibilitas pragmatis (Pragmatic Flexibility), (4) Responsivitas perspektif (Perspective Responsiveness) serta (5) )Orientasi bakat (Talent Orientation)
Di tengah perkembangan lingkungan yang dinamis dan kemajuan di era globalisasi, buku ringkas yang cerdas berjudul Kepemimpinan Transglobal: Kunci Sukses Pembangunan Hutan Masa Depan ini, harus menjadi bacaan wajib para pihak yang perhatian akan perspektif pembangunan lingkungan hidup, khususnya kehutanan berkelanjutan dan peran kepemimpinan di era global.
Perlu menjadi perhatian bahwa kawasan hutan negara dengan luas sekitar 62 persen merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu landscape-seascape di Indonesia. Sehingga cara pikir integrasi ini juga harus diresapi oleh para pengelola kawasan hutan. Hal ini lah yang selalu disampaikan oleh Bambang Hendroyono dalam setiap kuliah umum yang disampaikannya.
Bayangkan saat burung Elang terbang melayang di angkasa. Dia mampu melihat ke segala penjuru bentang alam yang menjadi ruang jelajahnya. Cakupan pandangannya luas, namun tajam dan jelas saat mencapai sasaran. Sudut mata elang memungkinkan dia untuk dapat melihat hingga hampir 360 derajat, kecuali yang ada di belakang kepalanya. Ketajaman matanya bisa melebihi 4 kali penglihatan mata manusia. Bahkan dari kejauhan elang bisa melihat ikan yang sedang berenang di air. Fokus meskipun dalam kondisi bergerak cepat.
Kemampuan melihat dari jauh dengan cakupan luas namun bisa fokus, kemudian diikuti gerak cepat dan responsif, membuat burung elang hampir selalu dapat menangkap sasarannya atau mencapai tujuannya serta menghindari risiko. Begitu pula tampaknya analogi dari cara pikir perencanaan pembangunan yang Holistik - Tematik -- Spasial -- Integratif.
Bentang alam Indonesia lebih dari sekedar bentang lahan (landscape), tetapi juga termasuk bentang laut (seascape). Pembangunan nasional maupun daerah harus memperhatikan integrasi keduanya dalam satu pandangan bentang alam yang harus dikelola secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Keberlanjutan landscape & seascape ini mencakup aktivitas proses, fungsi dan produktiftas lingkungan hidup. Termasuk menjamin kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang dicerminkan melalui kualitas udara/atmosfir, lahan, air dan laut serta keanekaragaman hayatinya. Selain itu juga turut memastikan keselamatan, mutu hidup dan kesejahtaraan masyarakat.
Integrasi landscape-seascape merupakan keterpaduan sistem sosio-ekologi yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan, dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, pemanfaatan ruang laut dan pesisir, serta permukiman yang dipengaruhi oleh proses dan aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area, serta dampak lingkungan yang dari berbagi aktivitas di dalamnya.