Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Lingkungan

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13716162001288199741

Lingkungan pasti mempunyai pengaruh terhadap individu yang berada di dalamnya. Umumnya akan terjadi interaksi timbal balik aktif antara individu-individu di dalam suatu lingkungan dengan kesisteman lingkungan secara keseluruhan. Semakin superior dan dominan seorang individu, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap lingkungan. Sebaliknya, semakin inferior seorang  individu, maka semakin besar lingkungan akan mempengaruhinya. Maka, memilih lingkungan yang tepat adalah sangat krusial bagi seseorang yang ingin mencapai tujuan tertentu. Tak jarang orang yang salah bersikap terhadap lingkungannya. Banyak orang yang egonya sedemikian besar, sehingga dia merasa bahwa dia pasti bisa memberikan pengaruh terhadap lingkungan, dan yakin bahwa lingkungan tidak bisa memberikan pengaruh terhadap dirinya. Banyak di antara mereka yang terlambat menyadari bahwa setelah sekian lama berada di suatu lingkungan, maka ternyata merekalah yang telah berubah menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Jika lingkungan itu baik maka tidak ada masalah dengan perubahan itu, tapi jika ternyata lingkungan itu buruk maka tanpa sadar ternyata merekapun telah berubah menjadi individu-individu yang lebih buruk dari sebelumnya. Ibaratnya, sewangi-wanginya seseorang kalau sering masuk ke wc yang kotor atau ke tempat sampah, maka lama kelamaan bau busuk akan menempel juga di badannya. Untuk itu maka dia harus sering atau secara rutin keluar dari lingkungan busuk tersebut, agar bisa membersihkan diri dan menyemprotkan pewangi tubuh lagi. Jika tidak, maka lama-kelamaan tubuhnyapun bau busuk, dia sudah tidak peduli dan tidak menyadarinya lagi. Dan itu berlaku bagi semua manusia normal tanpa ada pengecualian. Mungkin hanya manusia sakti sajalah yang bisa memproduksi bau wangi dari dirinya sendiri. Sayangnya, manusia sakti adalah langka dan hampir-hampir tidak ada, dan kalaupun ada maka biasanya akan menjauh dari keramaian manusia. Yang sering terjadi adalah orang-orang yang mengaku sakti atau suci, padahal hanyalah penipu biasa.

Manusia adalah makhluk yang luar biasa kompleks, tapi bolehlah disederhanakan menjadi terdiri dari tiga unsur, yaitu: lahir, batin, dan fikir. Ketiga unsur itu saling kait-terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiganya dapat diumpamakan berada di ujung-ujung segitiga, dimana bentuk segitiganya adalah unik terhadap karakteristik masing-masing individu. Misalnya beberapa orang mempunyai ujung fikir yang jauh lebih dekat ke ujung lahir daripada ke ujung batin. Akibatnya, mereka sulit untuk memahami hal-hal yang bersifat batiniah, bahkan seringkali bertentangan dalam prakteknya. Misalnya penggunaan kata "jangan munafik". Bagi ahli agama kata-kata 'jangan munafik' berarti batin harus lurus dengan fikir dan lahir, dan itu berarti harus sesuai dengan tuntunan agama. Sebaliknya bagi beberapa orang, 'jangan munafik' justru dijadikan dalih agar seseorang menuruti kemauan lahiriahnya, tanpa memperdulikan baik buruknya. Kembali ke pengaruh lingkungan, lingkungan bisa mempengaruhi manusia di salah satu unsur tersebut, atau dua, atau ke ketiga-tiganya. Karena sifat manusia sangat menyadari unsur lahiriah atau fisiknya, maka pengaruh lingkungan yang paling besar dan paling nyata adalah terhadap fisiknya. Contoh: Seseorang yang kumpul dengan orang yang sedang sakit flu, maka dengan cepat dia bisa tertular sakit flu juga. Pengaruh lingkungan berikutnya adalah terhadap fikir seseorang, atau pola fikirnya. Dan yang terakhir adalah terhadap batinnya. Pengaruh lingkungan terhadap fisik adalah yang paling cepat terjadi, tetapi juga paling cepat menghilang. Pengaruh terhadap batin adalah yang paling sulit, tetapi juga yang paling sulit dihilangkan. Oleh karena itu, suatu lingkungan akan mempengaruhi suatu individu melalui fisik lahiriahnya dahulu, baru ke fikirnya, dan terakhir batinnya. Jika lahiriah sudah dipengaruhi, maka unsur lahir inipun akan ikut bekerja untuk mempengaruhi ke dua unsur lain, fikir dan batin. Contoh: Ketertarikan seseorang terhadap orang lain biasanya dimulai dengan ketertarikan secara fisikal dahulu, baru ketertarikan terhadap fikirnya, dan terakhir baru terhadap batinnya. Gendam biasanya dimulai dengan menepuk pundak korbannya terlebih dahulu. Kecanduan narkoba akan mengikat dan merusak badannya dahulu, sebelum akhirnya merusak fikiran dan batin seseorang. Tetapi dalam situasi khusus tertentu, terkadang bisa juga lingkungan akan mempengaruhi fikir dahulu, atau bahkan batin dahulu, meskipun sebenarnya hal ini lebih sulit atau lebih jarang. Jadi, bila ingin memberikan suatu lingkungan tertentu sebagai suatu pengkondisian untuk pencapaian tujuan tertentu, maka pengkondisian lingkungan tersebut harus mencakup ketiga unsur tersebut. Hanya menekankan kepada salah satu unsur, atau dua, akan menjadi sangat tidak optimal. Contoh yang paling kontroversial mungkin adalah pemakaian rok mini di lingkungan tertentu, lingkungan kerja misalnya. Adalah sangat tidak efektif bila pikiran kotor atau mesum dilarang, juga keimanan ditingkatkan dengan adanya pengajian-pengajian, bila ternyata para pegawai wanita dibebaskan untuk berpakaian yang sangat terbuka dan bisa membangkitkan libido lawan jenisnya. Apapun argumentasinya, maka inilah kenyataannya. Dan memang inilah yang diajarkan oleh agama. Sekali lagi, pengaruh lingkungan yang harus dijaga haruslah mencakup ketiga-tiganya, yaitu unsur lahir, batin dan fikirnya. Dalam hal kenegaraan, pengkondisian lingkungan inipun sangat disarankan untuk dilakukan. Dalam suatu negara, terdapat tiga kekuatan utama: kekuatan ekonomi, kekuatan politik, dan kekuatan bersenjata. Ketiga kekuatan ini di satu sisi harus terkoordinasi dengan baik agar memberikan efek sinergi, tetapi di lain sisi ketiganya haruslah dengan jelas dipisahkan. Ini karena prinsip bahwa suatu kekuatan atau kekuasaan tidaklah boleh berada di tangan satu orang atau satu kelompok, untuk menghindari efek diktatorisme dan monopoli, juga agar lebih mudah pengawasan dan pengendaliannya. Dan seperti biasanya, masalah utamanya umumnya adalah dalam hal pengelolaan keuangan. Uang bisa menjadi sangat berguna sebagai kekuatan ekonomi negara apabila dikelola oleh para pengusaha atau pebisnis, tapi sebaliknya pengaruh uang bisa menjadi sangat merusak apabila dikelola oleh pemilik kekuatan politik, ataupun jika oleh pemilik kekuatan bersenjata. Maka jelaslah bahwa pusat perekonomian harus dipisahkan dengan pusat politik, baik pemerintahan maupun legislatif dan yudikatif, juga dengan pusat kekuatan bersenjata. Pemisahan tersebut tidak cukup hanya secara formal prosedural, tetapi juga harus secara fisikal, yaitu menempatkannya di lokasi yang benar-benar berjauhan. ... Catatan: Tulisan ini diposting ke kolom Muda karena biasanya yang mudalah yang mudah terpengaruh lingkungan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline