Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

"Ndurung", Healing Berbasis Kearifan Lokal yang Ramah Lingkungan pada Suku Karo

Diperbarui: 17 Juni 2023   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ndurung bersama warga desa di kolam Tambak Sukat, Desa Barusjahe, Kab. Karo, Jumat, 26/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)

Kalau kita sudah merasa letih, istirahatlah. Sebab, yang kita jalani ini adalah kehidupan, bukan perlombaan yang selalu harus melahirkan pemenang.

Suku Karo adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara. Populasi orang Karo saat ini terkonsentrasi berdomisili di Kabupaten Karo, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat.

Kabupaten Karo adalah sebuah wilayah yang terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan, yang secara topografis berada pada ketinggian 200 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya 2.127,25 km atau 212.725 ha, dengan ibu kota Kabanjahe.

Kabupaten Karo berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di sebelah Utara, dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir di sebelah Selatan, dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun di sebelah Timur, serta dengan Provinsi Aceh di sebelah Barat.

Dengan gambaran itu, kita mungkin bisa membayangkan Karo sebagai sebuah daerah pertanian yang berada di dataran tinggi, daerah yang masih memegang teguh adat budaya, kabupaten dengan kekayaan alam yang sangat potensial menjadi objek wisata, dan lain sebagainya.

Kali ini kita akan melihat salah satu kearifan lokal dalam keseharian hidup orang Karo yang masih dilakukan hingga kini. Apa yang disebut sebagai ndurung adalah sebuah aktivitas healing berbasis kearifan lokal yang ramah lingkungan pada Suku Karo.

Ndurung sebagai Sebuah Kearifan Lokal

Pada masa-masa awal musim tanam padi di sawah, di mana tanaman padi belum tumbuh besar, ibu-ibu biasa melakukan kegiatan ndurung sambil memeriksa tanaman padinya ke sawah. Ndurung adalah aktivitas menjaring ikan-ikan kecil menggunakan jaring kecil yang disebut durung, nama lainnya adalah tanggok.

Ikan yang biasa diperoleh saat ndurung ke sawah antara lain apa yang pada suku Karo dinamakan kaperas dan silau-silau, serta berbagai jenis serangga air lainnya yang bisa dimakan, seperti cibet dan singkai.

Hasil dari ndurung ini dimasak jadi satu dalam bentuk gulai ikan menggunakan rempah-rempah dan bahan khas pedesaan yang kami namakan tangas-tangas. Enak sekali menyantap nasi hangat dengan lauk tangas-tangas ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline