Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Memahami Vaksinasi sebagai Tanggung Jawab Individu di Tengah Tantangan Pandemi Global

Diperbarui: 10 Februari 2022   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi vaksin (Shutterstock via KOMPAS.com)

"Sudah divaksin lengkap, sudah pula divaksin booster, tapi kini kita kembali diberi peringatan waspada terhadap ancaman gelombang ke-3 Covid-19, waspada kepada omicron. Lalu apa gunanya semua vaksin itu disuntikkan ke kita?"

Berada di tengah pusaran berbagai opini masyarakat yang pro dan kontra terhadap isu covid-19 sendiri, berlanjut ke polemik soal manfaat dan bahaya vaksinasi sejak dosis pertama hingga vaksin booster, kita mungkin sudah merasa lelah dan juga bosan. Apa lagi semua ini?

Belajar dari pengalaman pandemi yang melanda sejak 2020 yang lalu, kita bisa mengambil beberapa pelajaran praktis dari kenyataan sehari-hari. Barangkali akan bermanfaat bagi kehidupan dalam segala zaman dan situasi.

Pentingnya Konsistensi dan Kejelasan Sanksi dari Sebuah Kebijakan

Ada komentar sebagian orang yang menaruh curiga terhadap penanganan masalah covid-19. "Bila dana sudah habis, maka habis juga isu covid-19", katanya seorang ibu.

"Aku udah nggak percaya sejak covid tiba-tiba hilang, dan kini tiba-tiba muncul lagi", kata seorang ibu yang lain, yang tidak mau diungkapkan identitasnya.

Ada berbagai penjelasan masuk akal terkait munculnya sikap sebagaimana dijelaskan dalam contoh di atas. Di antaranya adalah adanya inkonsistensi dan ketidakjelasan sanksi dari sebuah kebijakan.

Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap lonjakan kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini, sudah mulai dilakukan penyesuaian kebijakan terkait kegiatan pembelajaran di sekolah. Pada daerah-daerah dengan kondisi PPKM level 2 misalnya, pembelajaran tatap muka dilakukan dalam porsi 50% dan pembelajaran secara daring dari rumah 50%.

Sementara itu, di sisi lain entah akibat tuntutan sosial budaya setempat atau kepentingan pribadi, pelaksanaan pesta dan acara resepsi pernikahan, misalnya, masih marak berlangsung dan terkesan semakin mengabaikan penerapan protokol kesehatan. Ada banyak undangan yang hadir, tidak ada jaga jarak, bebas memakai atau tidak memakai masker, nyaris tanpa pengawasan.

Menghadapi kenyataan ini, wajar saja bila sebagian orangtua murid mengeluh dan mempertanyakan dasar pertimbangan kebijakan yang diterapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline