"Tiga Berastagi, em bena-benana,
Tang-tangna ngerana, aku ras kena"
Dua baris syair di atas adalah lirik sebuah lagu pop berbahasa daerah Karo dengan judul "Tiga Berastagi". Tiga adalah kata dalam bahasa Karo untuk pasar. Syair lagu ini bercerita tentang seseorang yang menyimpan rindu dan mengenangkan pertemuan pertamanya dengan sang kekasih hati di sebuah sudut pasar kota Berastagi.
Menurut data Kabupaten Karo Dalam Angka yang dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Karo, jumlah penduduk kota Berastagi sebanyak 50.635 jiwa, dan dengan kepadatan sebesar 1.660,16 jiwa/km2.
Hal ini menjadikan kota Berastagi sebagai kota terbesar kedua dari segi jumlah dan kepadatan penduduk di daerah dataran tinggi Karo setelah kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo.
Berastagi yang berjarak sekitar 66 kilometer dari kota Medan, ibu kota provinsi Sumatera Utara, telah cukup dikenal sebagai salah satu kota wisata yang populer di Sumatera Utara.
Kecamatan Berastagi mempunyai luas wilayah paling kecil di antara 17 Kecamatan di Kabupaten Karo, yakni seluas 30,50km2 atau 1,43% dari luas wilayah Kabupaten Karo. Wilayahnya yang kecil diapit oleh 2 gunung berapi aktif, yakni gunung Sibayak dan Sinabung.
Dekat dengan kaki gunung Sibayak, terdapat pemandian air panas. Berastagi sendiri berada di ketinggian lebih kurang 1300 mdpl. Hal ini menjadikan kota Berastagi sebagai salah satu kota terdingin di Indonesia, dengan suhu bekisar antara 16,2 sampai dengan 23,3 derajat Celcius.
Musim hujan pertama di sini biasanya dimulai pada sekitar bulan Agustus sampai dengan bulan Januari. Sementara itu musim hujan kedua adalah pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.
Baca juga: Selamat Hari Kasih Sayang, Berastagi "I Love You"