Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Resonansi "Sound of Borobudur" Lewat Tabuhan "Segarantung" dari Alam Pegunungan Tanah Karo

Diperbarui: 14 Mei 2021   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah (SHUTTERSTOCK/NEW MINDFLOW via Kompas.com)

Musik adalah bahasa yang universal. Saat perundingan damai terkadang gagal dan berakhir di palagan peperangan, sebaliknya warga antar negara yang bertikai bisa menemukan perdamaian dalam musik dan alunan lagu yang sama.

Membahas tentang musik tentu tidak bisa tidak, kita akan membicarakan alat musik sebagai sumber bunyi. Kesamaan dalam frekuensi bunyi akan melahirkan resonansi.

Resonansi bunyi merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi. Resonansi bunyi hanya dapat terjadi jika suatu benda memiliki frekuensi alami yang sama dengan frekuensi alami sumber bunyi yang bergetar.

Dari penggalan definisi resonansi itu saja, kita bisa merasakan bahwa musik sangat berkaitan erat dengan harmoni dan alam. Dua hal yang akan menghubungkan kita dengan kemajemukan.

Perbedaanlah yang membentuk harmoni, alam adalah ruang eksistensi bagi perbedaan. Tidak heran, dalam hubungan yang saling terkait itu, musik lahir sebagai pengikat harmoni.

Candi Borobudur dan Alam Tanah Karo

Menyahuti undangan blog competition terkait opini soal "Sound of Borobudur", saya mencoba merasa-rasakan sebuah getaran hubungan jarak jauh, antara Canci Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah dengan alam pegunungan Tanah Karo.

Aplikasi Google Map memberikan petunjuk bahwa jarak terdekat antara Tartu Flower Garden, yang berada di kawasan Kacinambun Highland, Tanah Karo, Sumatera Utara, tempat saya berada saat artikel ini dituliskan, dan Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah adalah sekitar 2457 km, dan waktu tempuh sekitar 1 hari 23 jam.

Panorama malam dari Puncak Kacinambun Highland (Sumber foto: Zia Coffee)

Jarak dan waktu tempuh itu menggunakan asumsi perjalanan jalur darat menggunakan rute tercepat, dengan menghindari penutupan jalan di Jl. Tol Pejagan, Pemalang. Dan tentu saja dengan asumsi bahwa kendaraan yang saya gunakan tidak mogok selama perjalanan. Data ini bukan fiksi.

Gambaran data singkat ini diperlukan sebagai alat bantu untuk menggambarkan sebuah fenomena unik yang lahir dari zaman lampau, dalam hubungan antara alat musik tradisional suku Karo dengan relief alat-alat musik yang terpahat di dinding Candi Borobudur.

Bila rencana perjalanan ini dilakukan pada zaman nenek moyang suku Karo, saat alat-alat musik tradisionalnya dilahirkan, tentu jarak ribuan kilometer untuk mencapai Candi Borobudur dari dataran tinggi Karo itu bisa memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan sebulan. Kecuali bila perjalanan itu dibarengi dengan ilmu kesaktian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline