Jarum penunjuk arah utara, lupa aku bawa. Kupandang langit mencari rasi bintang utara, fajar pun telah tiba.
Halimun belum beranjak dari lelapnya. Entah ada apa saja nun jauh di sana, di balik tabirnya. Selamanya, buana penuh hal-hal yang membingungkan.
Tersampir niat baik menjadi ketopong, percaya menjadi zirah, harapan menjadi perisai. Tapi buat apa kemenangan dengan pedang, bila arah sudah salah.
Hari makin siang, jalannya waktu tak terbendung. Ah, semoga saja kebingungan akan berguna. Barangkali jalan keluar ada di depan sana.
Halimun lihai mengelabui arah. Waktu pun terkadang takcukup menunggu pembuktian tiba. Meskipun jalan terus, kita bisa mujur, bisa juga buntung.
Berharap mujur terselip bagi tulus memelas. Kalau buntung, bukan main mengibakan. Wahai halimun, buat apa terus bersenang-senang di atas penderitaan?
Saat waktunya tiba, akankah bingung berguna? Di baliknyakah damai yang melampaui akal itu bersemayam?
Hari ini tiada jarum penunjuk arah. Aku lupa membawanya serta. Tiada rasi bintang utara, fajar menyamarkannya. Halimun masih meraja di takhtanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H