"Pak, ayo kita rekam aku nyanyi 'ibu kita Kartini.' Untuk lomba sekolah kami." Demikian permintaan Revano, si bungsu kami, pada sebulan yang lalu.
Alhasil, dengan bermodal musik dari sebuah gitar tua, baju batik, dan kain tenun khas Karo "uis beka buluh" yang tersampir di bahunya, kami merekam penampilan vokal solo itu.
Latihannya bersama ibunya, penampilan rekamannya saya yang mengiringi. Semua seadanya saja. Namun, melihat semangatnya untuk ikut perlombaan yang dibuat sekolahnya dalam rangka paskah dan hari Kartini 2021, ada rasa haru dan bangga juga dalam segala keterbatasan persiapan dan penampilan.
Hari ini, Rabu, 21 April 2021, pada puncak perayaan hari Kartini, dilakukan penyerahan hadiah bagi para juara. Lomba vokal solo, lomba fashion show, dan menghias telur paskah, untuk siswa-siswi kelas 1 sampai kelas 6 di sekolahnya, SD Santo Xaverius Kabanjahe.
Pada intinya, memang bukan lagi soal siapa yang menjadi juara dalam beberapa jenis lomba ini. Paskah dan Kartini adalah sebuah jalan lepas. Lepas dari tembok pingitan.
Dan bila sebagian besar lainnya ternyata memang bukan juara di lomba ini, itu karena mereka adalah juara yang merdeka atas diri, bakat, dan kehendak mereka sendiri. Semoga begitu adanya. Sebab bila tidak, itu berarti bahwa peringatan hanya sekadar menjadi ritus rutin kehidupan tanpa makna.
"Wahai ibu kita Kartini, putri yang mulia. Sungguh besar cita-citanya, bagi Indonesia."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI