Saribudolok adalah sebuah kelurahan dengan luas 20,60 km, yang merupakan ibu kota Kecamatan Silimakuta, sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara. Bila diterjemahkan secara bebas, Saribudolok bisa berarti seribu bukit.
Kelurahan Saribudolok memang diapit oleh dua bukit, bukit Sipiso-piso di sebelah Utara dan bukit Singgalang di sebelah Barat.
Tanahnya subur, sehingga desa-desa (nagori, dalam bahasa Simalungun) di Kecamatan Silimakuta dikenal sebagai penghasil nanas, kol, kentang, cabai, tomat, jeruk, dan kopi.
Secara umum kondisi cuaca pada bentang wilayahnya mirip dengan Kabupaten Karo. Saribudolok memang berbatasan dengan Kabupaten Karo di sebelah Barat.
Jarak Medan-Saribudolok sekitar 150 kilometer, dapat ditempuh dalam waktu 3 hingga 4 jam, dengan menggunakan kendaraan roda empat. Sementara itu, dari Kabanjahe jaraknya sekitar 35 kilometer, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 55 menit.
Dari sisi demografi, masyarakat yang mendiami wilayah Saribudolok terdiri atas suku Simalungun, Karo, Toba, Jawa, Tionghoa, dan suku-suku lainnya. Agama yang dianut oleh penduduk cukup majemuk, meliputi agama Kristen, Katolik, Islam, dan Budha.
Salah satu bukit yang cukup dekat untuk dijangkau dari kota Saribudolok adalah Dolok Singgalang. Ketinggian bukit ini diperkirakan sekitar 1.400 mdpl. Lahan-lahan pertanian penduduk tampak berbatasan langsung dengan punggung bukit ini.
Pada Rabu, 3/3/2021 yang lalu, dalam sebuah kesempatan sepulang kunjungan dari rumah kerabat di Desa Silau Merawan Kecamatan Dolok Silau, Simalungun, kami mampir sebentar di sekitar pasar Saribudolok.
Hari Rabu adalah hari pekan Saribudolok. Pedagang dari berbagai daerah, termasuk dari Kabanjahe, biasanya datang berdagang ke pasar ini pada hari pekan.
Sama halnya seperti ibu kota kecamatan di Kabupaten Karo, biasanya sehari dalam sepekan adalah hari besar untuk pasar kecamatan, sehingga disebut pekan-pekan.
Pasar dalam bahasa setempat secara umum di Sumatera Utara disebut juga pajak, onan, atau tiga (bahasa Karo).