Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Peran Beras dalam Hubungan Jarak Jauh Antar Manusia

Diperbarui: 19 Februari 2021   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padi yang dijemur (Dokumentasi pribadi)

Salah satu kesulitan hidup bergerombol adalah perebutan makanan, atau yang disebut dengan istilah feeding frenzy.

Hal itu terungkap dalam sebuah tayangan di saluran Nat Geo Wild, tentang persaingan antar predator dalam memperebutkan mangsa atau makanan di alam liar. 

Makhluk hidup butuh hidup untuk makan, sumber-sumber makanan mungkin semakin terbatas, sementara itu sebagian makhluk hidup yang paling rakus mungkin berkembang biak dengan pesatnya.

Siapa lagi pemangsa super di tangga teratas rantai makanan, kalau bukan manusia? Sebagaimana dilansir dari sariagri.id, manusia di berbagai belahan dunia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokoknya.

Sebagaimana mangsa buruan yang bisa memancing pertarungan antar predator dalam rantai makanan di alam liar, keberadaan beras juga berhubungan dengan penjelajahan, kolonisasi, dan peperangan dalam sejarah umat manusia.

Maka tak heran bila padi ditanam hampir di seluruh benua kecuali Antartika. Beras merupakan bahan makan pokok tertua yang masih banyak dikonsumsi hingga saat ini.

Fakta Unik Seputar Beras. (Sariagri/Faisal Fadli)

Tak terkecuali bagi masyarakat yang bermukim di Tanah Karo, ketersediaan beras juga sangat penting bagi kelanjutan dan ketenteraman hidupnya. Oleh sebab itu, padi dan beras banyak digunakan sebagai simbol budaya dan tamsil yang merupakan bagian pengajaran kearifan lokalnya. 

Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan orang Karo, yang memakai tamsil dalam memberikan pengajaran. Sangat jarang orang Karo menyatakan sebuah pengajaran secara langsung.

Sudah sangat umum diketahui misalnya peribahasa mengenai ilmu padi. Makin berisi makin merunduk. Di kalangan suku Karo ada ungkapan sebagai berikut, "Ula pekpeki tundalen tumba, banci keri pan menci page i sabah." Bila diterjemahkan menjadi, "Jangan dipukuli dasar mug takaran padi, bisa habis dimakan tikus padi di sawah."

Ungkapan pengajaran itu ditujukan kepada anak-anak agar tidak memukuli dasar mug takaran beras. Sebab dasar mug bisa peot/ melengkung, dan oleh karenanya berkuranglah takaran beras yang ditimbang.

Pada masa lalu juga ada tradisi "ningkih" dalam masyarakat Karo. Itu adalah semacam praktik pinjam meminjam padi. Padi dibayar padi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline