Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Menghayati Butiran Hujan Sambil Menikmati Jagung Bakar

Diperbarui: 7 Februari 2021   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagung Bakar (Dokpri)

Sudah umum diketahui bahwa salah satu potensi unggulan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara adalah pertanian. Potensi unggulan lainnya daerah ini adalah sektor pariwisata.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila sebagian besar masyarakat daerah ini bekerja sebagai petani. Lagi pula, buah, sayur, dan bunga adalah beberapa di antara komoditi unggulan hasil pertanian yang turut menunjang sektor pariwisata.

Aneka bunga (Dokpri)

Hari ini, Minggu, 7 Februari 2021, saya mencangkul di ladang. Rencananya kami mau membuat taman yang ditanami berbagai jenis bunga.

Panas terik serasa membakar kulit. Tatapan nanar karena silaunya cahaya mentari.

Itu hanyalah dua di antara deskripsi atas kenyataan sehari-hari yang harus dihadapi oleh petani, setidaknya di tempat ini. Belum lagi masalah bibit, pupuk, cuaca, hama, dan tentu saja pemasaran dan harga.

Mencangkul ladang di saat panas terik (Dokpri)

Untuk semua masalah ini rasanya tak lepas dari ulah manusia, yang katanya selain ia adalah makhluk sosial, ia adalah juga makhluk ekonomi.

Saya tidak akan mengulas lebih jauh soal-soal ini, sebab bagi saya masih bisa mengolah tanah pun adalah sebuah berkat tersendiri. Petani pastilah bau tanah, ini bukan dalam makna kiasan, melainkan makna sebenarnya.

Memang benar bahwa ada sistem pertanian modern, yang memungkinkan petani menanam tanaman di wadah air, yang dinamai teknik pertanian secara hidroponik.

Ini bukan saja soal air, sebab saya bertani di atas tanah, menanam tanamam ke dalam tanah. Jadi jelas, bau tanah terasa sekali, dan membaluri seluruh permukaan kulit yang panas terbakar mentari dibasuh keringat yang membanjir.

Lagi pula, sudah sejak sebulan yang lalu rintik air hujan hanya sesekali turun membasuh tanah. Kukira kami memang sudah masuk musim kemarau. Mentari terik sekali.

Namun, siapa sangka. Di ketinggian sekitar 1400 hingga 1500 mdpl ini, cuaca panas terik tetiba berubah mendung. Rintik air hujan pun mulai jatuh sedikit-sedikit membasahi bumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline