"Tidak semua orang bisa melakukan hal yang besar, tapi semua orang bisa melakukan hal yang kecil dengan cinta yang besar." (Santa Theresia si Bunga Kecil)
Hari ini hujan turun, tidak terlalu deras, tapi lebih dari sekadar gerimis. Sebentar-sebentar berhenti, sebentar-sebentar turun lagi. Mungkin ini musim pancaroba, tapi bisa juga bukan, sebab musim pun kini sulit dibaca.
Hari ini tepat hari kesebelas bulan Januari 2021. Tahun yang baru, baru saja dijalani. Namun, banyak kabar yang membuat hati sendu.
Mulai dari kabar tentang pandemi virus Corona yang belum mereda. Bahkan kecenderungannya tampak menunjukkan peningkatan di berbagai belahan dunia.
Sebut saja misalnya kabar tentang kapasitas rumah sakit yang hampir penuh untuk menampung penderita infeksi virus di Amerika, atau kabar tentang perbandingan di mana satu dari setiap tiga puluh orang di Inggris terinfeksi covid-19.
Kabar dari dalam negeri bahkan tidak hanya terbatas soal isu pandemi. Kisah tragis yang memilukan menerpa dunia penerbangan kita. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, penerbangan rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan sekitar kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).
Selanjutnya, ada juga kabar tentang belasan nyawa manusia yang melayang karena tertimbun tanah longsor yang menerjang Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu (9/1/2021).
Kabar mencemaskan tentang pandemi, sekalipun sebenarnya dampak kecemasan adalah efek samping yang harus diminimalisir dalam menyiapkan diri beradaptasi di masa pandemi, kenyataannya fakta-fakta di lapangan memang sepatutnya membuat kita cemas.
Di saat berbagai varian mutasi virus dikabarkan telah ditemukan oleh para peneliti di berbagai negara, tampaknya kesiapan kita menghadapi gelombang serangan berikutnya yang tidak terduga bukannya diimbangi dengan perubahan pola pikir dan perilaku yang mencerminkan situasi yang mencemaskan itu.
Semoga saja, fakta berkebalikan antara apa yang patut dicemaskan dengan apa yang tampak sebagai tindakan yang membias dari upaya pencegahan, bukan sebagai akibat dari sikap abai dan lalai kita atas bahaya virus yang masih menjadi ancaman nyata ini.
Lihat saja, kedai-kedai mulai tampak ramai di mana-mana. Sadar atau tidak, orang-orang juga mulai berpesta. Bahkan berbagai ibadah juga tampak mulai dijalankan dengan tatap muka.