Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Menyinggahi Sejarah pada Rumah Pengasingan Presiden Sukarno di Berastagi

Diperbarui: 18 Maret 2024   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi Pribadi) | Patung Sukarno, Presiden Pertama Republik Indonesia, di Lau Gumba, Berastagi

Kawan!

Pusara adalah lambang kesinambungan
Hidup! Mati! Dalam perjuangan

Bahana kekal panggilan Bung Karno
Dari Blitar sampai ke Tanah Karo

Puisi di atas adalah karya dari seorang penyair dan sastrawan Indonesia, mendiang Sitor Situmorang. Tertulis di sebuah plaza, di depan monumen Bung Karno, di rumah pengasingannya di Berastagi, Tanah Karo, Sumatera Utara.

Dokpri

Pada Desember 1948, atau pada masa agresi militer kedua Belanda, presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno, pernah diasingkan ke Berastagi, Tanah Karo. Rumah pengasingan Soekarno itu terletak di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Bangunannya dari kayu, berukuran 10 x 20 meter, dan masih terlihat ciri bangunan bergaya Eropa, baik pada tampilan bagian luar, maupun pada bagian dalamnya.

Presiden pertama Indonesia itu diasingkan di tempat ini bersama-sama dengan Sutan Sjahrir dan Haji Agus Salim, selama 12 hari, sebelum kemudian dipindahkan ke rumah pengasingan di tepi Danau Toba, di kota Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, selama kurang lebih dua bulan pada tahun 1949.

Ir. Sukarno, Sutan Syahrir, H. Agus Salim di Lau Gumba (Foto : Sem Anthonius Meliala)

Dokpri | Pada posisi ini foto Ir. Sukarno, Sutan Syahrir, H. Agus Salim di pengasingan Lau Gumba diambil dulu

Tampilan depan rumah pengasingan Sukarno di Lau Gumba, Berastagi (Dokpri)

Dokpri | Gazebo pada halaman rumah pengasingan Sukarno di Lau Gumba, sebagaimana ada juga di rumah pengasingan di Parapat

Dokpri | Foto ruang makan rumah pengasingan Bung Karno di Lau Gumba

Sekilas terkait rumah pengasingannya di Parapat, Sukarno melukiskannya sebagai tempat peristirahatan yang indah tapi tidak mudah dijangkau. "Rumah itu di tiga sisinya dikelilingi air. Bagian belakang rumah berupa tanah darat, yang dapat dicapai melalui jalan berkelok-kelok," kata Sukarno dalam otobiografinya, "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia", karya Cindy Adams.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Parapat, Simalungun (Dokpri)

Dokpri | Gazebo rumah pengasingan Sukarno di Parapat

Lain lagi halnya dengan rumah pengasingannya di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada salah satu dinding rumah pengasingannya itu tertulis "Pro Patria Dedicatio Nostra", yang berarti "Padamu Negeri, Kami Berbakti". Rumah di Kabupaten Ende itu merupakan sebuah tempat yang berkaitan dengan sejarah penggalian nilai-nilai Pancasila.

Tulisan pada rumah pengasingan Sukarno di Kota Ende (Dokpri)

Rumah pengasingan Sukarno di Kota Ende (Dokpri)

Sukarno di Berastagi
Dalam buku berjudul "Pemimpin Republik Ditawan Belanda, di Brastagi dan Parapat", karya Drs. H. Muhammad TWH, dijelaskan bahwa pada masa itu tidak banyak yang tahu kalau Sukarno pernah ditawan Belanda di Berastagi, kalau pun ada sangat terbatas sekali.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline