Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Tumbukan Lenting Sempurna Pariwisata, yang Sepi yang Dicari

Diperbarui: 17 Agustus 2020   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolam air panas yang sepi| Dokumentasi pribadi

Setidaknya sudah hampir 5 bulan, sejak pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan manusia di hampir seluruh belahan bumi demi mencegah penyebaran virus, terutama terkait aktivitas di luar ruangan. Salah satu aktivitas itu adalah soal kebiasaan jalan-jalan atau berwisata.

Dilema antara ancaman kesehatan dan terganggunya perekonomian, membuat para pelancong dan pelaku wisata mau tidak mau dituntut beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam pariwisata yang lahir dari pandemi. Akibatnya, sudah pasti penghasilan para pelaku pariwisata terkoreksi, bahkan sampai kedalaman yang mungkin mencemaskan.

Sebagai pelaku wisata, yang sudah terbiasa dengan manajemen kerja pariwisata, sudah barang tentu waktu-waktu pada saat akhir pekan dan hari-hari libur adalah waktu emas mendulang rezeki. 

Ketika setiap hari kini ternyata terasa seperti hari libur, namun dengan keengganan sebagian orang untuk berjalan-jalan, atau karena kebijakan pihak berwenang yang memang menutup tempat wisata, maka itu adalah sebuah akhir pekan dan masa liburan yang tidak biasa.

Sementara itu, tidak mudah untuk mencari aktivitas atau pekerjaan lain untuk menyiasati keadaan. Memang banyak juga pekerja di bidang lain, mencari penghasilan alternatif untuk menjamin tercukupinya keperluan sehari-hari.

Dilema ini, sebagaimana tergambar dalam berbagai talkshow dan banyak acara dialog di berbagai media, digambarkan sebagai dilema menjaga keseimbangan antara gas dan rem pada sebuah kendaraan. 

Membuka aktivitas pariwisata seperti sedia kala sebelum adanya pandemi, akan berpotensi menyebabkan munculnya klaster baru penyebaran Covid-19. 

Namun, bila tidak ada langkah alternatif yang memungkinkan aktivitas pariwisata kembali berjalan, juga berpotensi menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi, terutama penurunan tingkat penghasilan para pelaku sektor pariwisata.

Bila sektor pariwisata diandaikan sebagai "pedal gas", yang berpengaruh dalam menentukan kecepatan, sementara sektor kesehatan diandaikan sebagai "pedal rem", yang berfungsi menjaga keutuhan massa keseharian kehidupan kita, maka kita dapat membuat sebuah pengandaian perkalian massa dan kecepatan yang menghasilkan sebuah momentum.

Ini bukan pendapat ilmiah. Hanya bantuan analogi untuk memahami bagaimana momentum bisa dihasilkan dari sebuah krisis, dengan penggunaan rumus fisika. Krisis yang diakibatkan, baik oleh masalah kesehatan maupun masalah ekonomi, dalam analogi sederhana ini bisa kita andaikan sebagai tumbukan.

Momentum dalam Krisis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline