Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Menggali Alasan dalam "Anuk-anuk" dan Lukisan Abstrak

Diperbarui: 9 Juli 2020   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meja kayu dari akar/Foto: Dokumentasi Pribadi

Kayu Waru adalah tanaman yang termasuk kedalam suku kapas-kapasan atau Malvaceae. Dilihat dari tempat tumbuh atau penyebarannya, ada 2 jenis kayu waru, yakni kayu waru laut atau dadap laut (Hibiscus tiliaceus) dan kayu waru gunung atau waru gombong (Hibiscus similis).

Waru disukai karena akarnya tidak dalam, sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Masih semarga dengan tanaman kembang sepatu, kayu yang satu ini, terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, tidak begitu keras, liat dan awet bertahan dalam tanah.

Spesifikasi kayu yang seperti itu, membuat kayu waru banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat berbagai keperluan manusia. Misalnya digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar.

Dalam sebuah kesempatan pencarian bahan-bahan dari akar kayu yang unik, untuk dibentuk menjadi hiasan atau perabot unik hasil kerajinan tangan rumahan, saya dikenalkan dengan sebuah akar kayu yang unik dari pohon bekas bernama "Anuk-anuk".

Anuk-anuk adalah nama lain untuk Kayu Waru dalam bahasa Karo. Sebaran tempat tumbuhnya yang memang mencakup daerah mulai dari tepi pantai sampai pegunungan pada daerah dengan iklim tropis, maka Kayu Waru memiliki banyak nama di berbagai daerah di Indonesia.

Pohon Waru Gunung (Sumber: jurnalasia.com)

Kayu Waru adalah nama yang biasa disebut dalam bahasa Sunda, Jawa, Bali, Bugis, dan Flores. Baru, dalam bahasa Gayo, Belitung, dan Sumba. Baru dowongi, dalam bahasa Ternate dan Tidore. Serta Haru, halu, faru, fanu, sebagai sebutan Waru dalam aneka bahasa daerah di Maluku.

Kayu Anuk-anuk, dengan ragam manfaat dan sebaran tempat hidup yang bervariasi di berbagai tempat, menunjukkan bahwa jenis kayu ini memang termasuk menyediakan batasan yang longgar bahkan bagi seorang awam sekalipun, untuk bisa berkreasi membentuknya menjadi sebuah karya seni surealis.

Menggabungkan mimpi dan realitas yang kontradiktif melalui seni surealis dalam rupa sebuah meja kayu mini dari bahan Anuk-anuk ini, adalah sebuah kesempatan untuk bisa bebas mengekspresikan pikiran. 

Bagi sebagian yang melihatnya mungkin akan merasa menemukan bentuk dua orang yang sedang bergumul, atau ekor anjing yang sedang berjinjit di atas kedua kakinya, atau bahkan bentuk lain, yang bagi sebagian lainnya tidak masuk akal.

Kaki meja dari akar kayu Anuk-anuk/ Foto: Dokumentasi Pribadi

Kaki meja dari akar kayu Anuk-anuk/Foto: Dokumentasi Pribadi

Kelonggaran pertimbangan moral dan estetis, serta kontrol akal budi yang lemah, dalam seni surealis, memberikan kebebasan tafsiran yang nyaris tanpa batas bagi siapapun yang melihat hasil kesenian surealis.

Para ahli yang melakukan uji fitokimia mengatakan bahwa akar kayu Waru mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Itu menunjukkan bahwa akar kayu ini mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, dan digunakan untuk mengobati penyakit degenerative.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline