Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Meresapi Sungai dan Hutan, Mencari Ketenangan dalam Kebisuan Semesta

Diperbarui: 2 Juli 2020   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aliran sungai di bawah kanopi hutan (Dokpri)

...

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

...

"hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah"

...

Tiga bait puisi di atas adalah bagian dari delapan bait puisi Soe Hok Gie, yang berjudul "Mandalawangi-Pangrango" yang bertanggal 19 Juli 1966. 

Seringkali bagi orang-orang yang menyukai "pelarian diri" ke alam liar, puisi-puisi Gie seakan mewakili segala rasa yang bisa terangkum dalam pandangan, pikiran dan perasaan selama menyatu dengan alam.

Pada sebuah kesempatan ketika saya bisa mengunjungi sebuah aliran sungai yang mengalir di bawah kanopi hutan, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan, ada semacam perasaan lepas sejenak dari pikiran yang sumpek.

Kanopi di salah satu bagian hutan Taman Nasional Bukit Barisan (Dokpri)

Sebagaimana perasaan Gie kepada Mandalawangi, Pangrango, dalam aliran sungai di bawah teduhnya kanopi apa yang terasa hanya kecintaan kepada keindahan alam. 

Dari alam yang terasa menerima keberadaan kita apa adanya. Kecintaan kepada suasana alam yang asri sebagaimana disebutkan Gie, adalah ketenangan dalam kebisuan semesta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline