Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Puisi | Aku, Kau, dan Dia Membunuh-Nya

Diperbarui: 11 April 2020   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Via Dolorosa, Third Station: Relief depicting Jesus' first fall by Seetheholyland.net (Sumber: https://www.flickr.com)

Tertatih Dia berjalan sendiri
Menyusuri jalan menuju Golgota
Memikul segala dusta, nista dan segala nestapa
Ada hujatan, makian, tatap nanar manusia-manusia kejam
Ada yang meludah, mencibir, Dia tampak seperti sosok yang menjijikkan

Tidak ada belas kasihan
Hanya tersisa sedikit tangis, dari sosok-sosok keibuan
Bukan, bukan Aku yang harus kau tangisi, ibu
Tangisilah dirimu sendiri

Darah bercampur peluh membasuh luka
Luka bekas cambukan, dari kepala bermahkota duri
Itu belum seberapa, tak sebanding dengan hati yang hancur
Perasaan Dia seorang yang nyata-nyata ditinggalkan tanpa pembelaan

Tajamnya paku menusuk
Dahaga dari terik menyengat
Derita mendera, Anak Manusia telah diabaikan
Merana, meraung, meradang dalam kesendirian

Harusnya aku, kau dan dia
Bukan Dia, yang tak bersuara membela diri
Aku, kau dan dia, sebenar-benarnya yang menjijikkan
Yang sepatutnya dihujat, dimaki, diludahi

Mengapakah Engkau meninggalkan Aku?
Dia yang tergantung lunglai berujar lirih
Ia bahkan mohon ampunan, untukku, untukmu dan untuk dia
Aku, kau dan dia yang membunuhNya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline