Semakin lama menjalani kehidupan, harusnya seseorang makin memahami makna kehidupan, makna kehidupan dalam hidup yang sementara ini. Namun, kenyataannya tidak jarang juga ditemukan justru semakin lama menjalani kehidupan, kita hanya semakin menemukan banyak hal yang bisa ditertawakan dalam kehidupan.
Ada sebuah ajaran hidup yang disampaikan oleh filsuf Tiongkok kuno, bernama Wen Tian Xiang, bahwa "Hidup manusia tidak bisa menghindar dari kematian, maka selama hidup tinggalkan ketulusan hati, sinari dan harumkan riwayat hidup."
Pada zaman dahulu di Tiongkok, hiduplah seseorang yang bernama Cai Shun. Ibunda Cai Shun sangat suka makan buah murbai. Suatu hari Cai Shun memetik dua keranjang murbai untuk diberikan kepada ibunya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia bertemu dengan perampok.
Perampok itu bertanya kepada Cai Shun untuk apa begitu tamak sampai mengambil dua keranjang murbai. Cai Shun menjawab: "Ibu saya sangat suka makan buah murbai, jadi saya memetik yang benar-benar sudah matang satu keranjang bagi ibu saya dan yang satu keranjang lagi adalah buah yang belum matang dan tidak terlalu manis untuk saya sendiri."
Sikap Cai Shun yang tulus dan lebih mengutamakan keinginan ibunya daripada dirinya sendiri membuat perampok itu tersentuh, perampok itu pun duduk dan menangis mendengar cerita Cai Shun karena ia teringat akan ibunya sendiri.
Lalu mengapa kita masih menemukan banyak hal yang bisa ditertawakan dalam kehidupan?
Titik tolak berangkat menuju jawaban itu salah satunya berasal dari kenyataan yang ditemukan sebagai bukti dalam ungkapan bahwa "Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu adalah pilihan."
Kita mendapati sebuah kelucuan yang lebih tepat untuk ditangisi dari pada ditertawakan, ketika seharusnya orang yang diberi kepercayaan dan diharapkan akan menjadi solusi atas sebuah persoalan justru ikut menambah ruwet persoalan. Atau ketika ada orang yang digadang-gadang sebagai pelayan justru merepotkan minta ampun dengan berbagai tetek bengek permintaan untuk dilayani.
Lingkungan pun justru terkadang ikut menghakimi bila seseorang bersikap dan bertindak di luar pakem, sekalipun hasil akhir sikap dan tindak itu seringkali malah nyata lebih baik dari pada yang sebelumnya. Mengapa seperti itu? Karena sesuatu yang sudah menjadi pakem sudah dianggap menjadi kebenaran, sekalipun itu salah.
"Dulu juga begitu, biasanya pun seperti itu." Begitulah komentar yang sering muncul menghardik orang yang bersikap dan bertindak di luar pakem.
Wen Tian Xiang melanjutkan, bahwa sifat awal setiap manusia adalah baik, tetapi karena pengaruh lingkungan, manusia berubah menjadi jahat. Setiap manusia punya sisi baik dan sisi buruk dalam dirinya.