Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Letak Kesetaraan dalam Kemanusiaan Modern dan Kelelawar

Diperbarui: 20 November 2019   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi manusia kelelawae. (sumber: pixabay)

Kita sering dibawa melihat kenyataan perkembangan kemanusiaan dalam rentang waktu abad ke-20 hingga abad ke-21 dewasa ini dalam upaya memahami makna atas segala hal yang dikatakan sebagai modern.

Mendalami istilah ini, tidak bisa tidak, kita akan segera bersinggungan dengan hal-hal yang terkait sains, karena sains berkontribusi besar sebagai bidan yang melahirkan hal-hal yang modern.

Selanjutnya, bila dikaitkan dengan dunia literatur, sastra maupun seni, maka sains yang bertaut dengan fiksi akan melahirkan suatu aliran yang disebut fiksi sains atau sci-fi. Dalam hal gaya bercerita, maka fiksi sains akan melahirkan sebuah suguhan cerita distopia, yang merupakan kebalikan dari gambaran kehidupan ideal.

Bila kehidupan ideal adalah sebuah gambaran kehidupan normal yang aman dan mapan, maka cerita dalam kehidupan distopia dipenuhi oleh gambaran kehidupan yang serba anti normal, tidak jarang bahkan penuh dengan kekacauan. Kacau dalam ide, ucapan, maupun tindakan dari sudut pandang normal dan kemapanan.

Dengan silogisme sederhana, barangkali salah satu yang menjadi ciri kehidupan modern dalam hal ini adalah begitu mudahnya menemukan kekacauan di dalamnya. Sekalipun tentu saja banyak juga ditemukan hal yang baik di dalamnya, termasuk di masa kini.

Hal ini sejalan dengan pandangan seorang narasumber dalam sebuah acara talkshow masalah hukum, di sebuah stasiun televisi swasta nasional, yang menyatakan pendapatnya bahwa kekacauan banyak diakibatkan oleh disruptif teknologi. Misalnya yang tampak sebagai akibat dari perkembangan penggunaan media sosial.

Katanya, "65% pengguna media sosial beranggapan bahwa berita di media sosial adalah sebuah kebenaran tanpa melakukan upaya verifikasi dan validasi untuk mengujinya." 

Maka menurutnya, media sosial, yang berkembang seiring dengan perkembangan teknologi digital, tapi tidak diikuti peningkatan literasi digital dari masyarakat, menjadi ruang gema yang luas bagi perkembangan berita bohong.

Dalam kehidupan modern, kebohongan pun sudah berkembang menjadi sebuah komoditas yang konsisten diproduksi, diminati dan dengan pangsa pasar yang juga berkembang.

Mencirikan kehidupan manusia pada abad ke-20 dan abad ke-21, dalam bukunya "Homo Deus", Yuval Noah Harari menjelaskan bahwa abad ke-20 adalah sebuah abad massa. Itu berarti abad dimana dibutuhkan jutaan tentara sehat, jutaan buruh sehat, penyediaan fasilitas kesehatan massal, kampanye vaksinasi massal serta pembasmian epidemi massal, dengan tujuan memenangkan perang maupun menguasai perekonomian.

Sedangkan, pada abad ke-21, Yuval melihat bahwa ini adalah abad yang fokus kepada segelintir manusia super di atas normal. Ia melengkapinya dengan data, di  mana saat ini ada 1 miliar manusia yang berpenghasilan di bawah 1 US dollar sehari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline