Isu tentang perkembangan teknologi informasi dan penerapannya di hampir segala aspek hidup keseharian masyarakat dunia, termasuk Indonesia pada hari-hari kini, menjadi salah satu isu yang paling aktual dalam merawat modal sosial ke-Indonesia-an kita dewasa ini.
Sejarah pergolakan di tengah-tengah masyarakat kita, mulai dari masa kolonial Belanda, masa perjuangan merebut kemerdekaan, bahkan hingga masa-masa mengisi kemerdekaan saat ini semakin menegaskan bahwa penguasaan data dan informasi menjadi faktor kunci, tidak saja dalam persaingan antar bangsa, tapi juga dalam merawat persatuan Indonesia yang lahir dalam keberagamannya.
Bukti akan adanya kesadaran tentang nyatanya tantangan itu, maka tidak kurang telah terbit Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Masuknya dimensi persatuan melalui apa yang dinamakan sebagai gerakan Indonesia Bersatu sebagai salah satu dimensi gerakan revolusi mental, di samping empat dimensi lainnya, yakni Indonesia melayani, Indonesia bersih, Indonesia tertib dan Indonesia mandiri, semakin menegaskan kesadaran itu. Bahwa menjadi Indonesia yang bersatu di tengah tantangan disruptif teknologi informasi adalah sebuah tantangan yang serius.
Gerakan ini mengharapkan terciptanya sosok-sosok warga masyarakat dengan perilaku mencintai persatuan, mampu menjadi aktor, bukan hanya sebatas agen perubahan.
Warga masyarakat yang berhenti di tahap agen, hanya akan menjadi "penyalur" nilai-nilai yang tergantung pada pasokan distributor. Siapa yang menjadi distributor, sudah tentu para pihak yang memiliki kepentingan dengan pasang surutnya Indonesia.
Masyarakat sebagai aktor yang mengenali perannya akan berkontribusi positif bagi hadirnya sebuah perubahan yang transformatif.
Transformasi yang substantif, membutuhkan adanya komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat, yang hanya akan lahir apabila ia melihat dan merasakan adanya alasan penting dan manfaat dari perlunya sebuah perubahan.
Sudah barang tentu, adalah kebodohan, kemiskinan dan korupsi, yang telah, sedang dan mungkin akan senantiasa menjadi tantangan yang mengiringi perjalanan bangsa kita.
Sekalipun untuk mengubahnya mungkin akan menyisakan sebuah kegetiran, diiringi beragam kesulitan, perasaan kalah dan keterpurukan, itu harusnya menjadi komitmen untuk menularkan semangat positif perubahan kepada lebih banyak orang.
Semangat itu adalah gaya tarik emosional, yang muncul karena orang-orang melihat dan merasakan fakta yang terjadi di lingkungan sekitarnya.