Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Sesuatu tentang "Kuch Kuch Hota Hai" Tidak Jauh dari Aberdeen

Diperbarui: 17 September 2019   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahul Khana berlatar Eilean Donan Castle (sumber: liputan6.com)

Adalah Kuch Kuch Hota Hai (KKHH), sebuah film yang sempat menjadi tontonan wajib dan berdampak sangat fenomenal di masyarakat kampung kami, Tanah Karo, pada era tahun 1998. Film bergenre drama musikal, yang berdurasi 42 menit 59 detik ini dibintangi oleh Shahrukh Khan sebagai Rahul Khana, Kajol sebagai Anjali Sharma dan Rani Mukerji sebagai Tina Malhotra, dan disutradarai oleh Karan Johar.

Dampak film drama percintaan berlatar kehidupan modern dari muda mudi terdidik India yang tinggal dan kuliah di Eropa, yang dibungkus dengan musik dan koreografi tarian khas ala India ini, menyisakan jejak-jejak monumental pada masyarakat Tanah Karo, yang secara grografis berada nun jauh dari semenanjung India maupun daratan Eropa yang menjadi latarnya. 

Pada masa keemasannya, film ini dapat dinikmati oleh masyarakat melalui tayangan televisi di stasiun RCTI, selain melalui kepingan DVD yang baru-baru hits digunakan di rumah-rumah tangga pada masa itu di Tanah Karo.

Tidak lama setelah penayangannya, banyak sekali orang tua yang menamai anaknya yang baru lahir dengan nama Rahul bila itu laki-laki, atau Anjali bila perempuan, bahkan ada juga yang menamai hewan peliharaannya yang jantan dengan nama Rahul. Bukan bermaksud merendahkan, justru begitulah sekelumit jejak dampak kecintaan dan respons antusiasme masyarakat di sini atas film ini.

Bahkan, lambat laun istilah "kajol," yang berperan sebagai Anjali Sharma dalam film, menjadi akronim dalam bahasa prokem yang dimaksudkan sebagai singkatan dari "kagak jolas" untuk merujuk kepada suatu hal atau keadaan yang tidak atau kurang jelas dalam komunikasi lisan masyarakat.
Belum ada publikasi ilmiah dari aspek penelitian antropologi, setidaknya sejauh yang saya tahu, yang menjelaskan faktor penyebab mengapa film ini menjadi sangat fenomenal dan diterima dengan luas oleh masyarakat. 

Namun, bisa jadi begitulah selain karena tema percintaan merupakan sebuah realita yang melekat dalam keseharian masyarakat, termasuk orang Karo, tapi juga ini mungkin mejelaskan hubungan historikal, emosional dan kultural, walaupun belum ada bukti dokumentatif yang kuat, mengenai hubungan Hindu, Hindustan, India, dengan Brahmana dan Meliala, yang merupakan cabang dari marga Sembiring di sistem kekerabatan marga pada suku Karo, yang sering dihubungkan dengan kasta Brahmana atau nenek moyangnya yang secara asal usul bermigrasi dari India hingga ada yang menetap di dataran Tanah Karo.

Namun, pandangan seperti ini sudah sangat umum dipakai dalam bidang antropologi. Sebagaimana Richard Templar dalam The Rule of Life menyampaikan pandangan bahwa secara genealogis, bisa saja 90% laki-laki di Eropa bila ditarik jauh ke belakang mungkin punya kaitan dengan Genghis Khan, orang besar dari Mongolia, sang penakluk dunia itu.

Kalau begitu, mengapa tidak mungkin orang Karo yang bermarga Brahmana, Meliala dan Pandia punya hubungan dengan orang-orang dari berbagai kasta di India?

Demi mendapatkan kesempatan menontonnya sesuai pemberitahuan jadwal tayang dari stasiun TV, anak gadis remaja, bahkan para pemuda lebih awal menyelesailan pekerjaan rumahnya. Pada waktunya, anak-anak, remaja, mamak-mamak, bahkan bapak-bapak, tua dan muda, terpaku menatap layar kaca di rumah-rumahnya.

Terkadang, mereka terbahak-bahak, mana kala Anjali kecil atau tuan Malhotra bertingkah lucu dengan geleng-geleng kepala ke sampingnya, khas India. Sesekali mereka juga ikut tersenyum-senyum, manakala Rahul betikai dengan Anjali teman kuliahnya yang menaruh hati pada Rahul. Atau sesekali, mata mereka juga ikut berkaca-kaca, tatkala Tina berusaha menyembunyikan penyakitnya kepada Rahul, atau ketika Anjeli menyembunyikan rasa patah hatinya di balik sikap jenakanya, setiap kali bertemu Rahul dan Tina.

Dalam perjalanannya, akhirnya Rahul dan Tina menikah. Namun, Tina meninggal tak lama setelah melahirkan. Bayi mereka diberi nama Anjali Khana.
Tina sempat menuliskan delapan pucuk surat sebelum ia meninggal. Setiap tahun dibacakan satu surat pada saat ulang tahun Anjali. Surat Tina yang dibacakan pada ulang tahun Anjeli yang kedelapan menceritakan tentang kisah cinta Rahul dan Tina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline