Saat telah tergantung di atas kayu salib, di antara cemoohan dan hujatan orang-orang yang baru beberapa waktu yang lalu juga mengelu-elukan Dia saat Dia datang ke Yerusalem, tapi hari ini menyalibkannya beramai-ramai, Yesus berdoa di tengah rasa sakitnya, "Bapa, Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Hari ini kami perlu meresponi doa itu, "Bapa, ampunilah kami, karena kami tidak tahu apa yang kami perbuat."
Yesus dalam wujud manusianya yang sejati, tentu merasakan rasa sakit yang bahkan sulit untuk sekadar membayangkannya.
Setelah ditangkap di Getsemane, "diadili" tanpa dasar dan jauh dari keadilan di hadapan mahkamah para pemuka agama, dihadapkan ke penguasa dengan tuduhan yang mengada-ada, dicambuk dengan kejam demi menenangkan massa penuntut hingga daging di tubuhnya tercabik-cabik, tiada makan tiada minum, dimahkotai dengan mahkota duri di kepalaNya, pun Ia masih harus memikul sendiri salibNya dari kota Yerusalem hingga Golgota, bukit tengkorak.
Salib itu adalah sebuah simbol kutukan, hukuman, bagi orang yang sangat terhina, sangat jahat, hingga pantas dihukum dengan begitu kejamnya. Bahkan setiap orang diizinkan untuk melempari dan meludahi orang yang akan disalibkan, karena ia adalah sampah masyarakat.
Tidak saja rasa sakit secara fisik, tapi juga betapa sakit perasaan di hati, seandainya hanya seorang manusia, bukan Yesus, yang harus menanggungkan semua itu.
Memikul salib dengan tubuh yang telah tercabik-cabik, berjalan di sepanjang jalan yang penuh dengan caci maki dan hujatan, atas sebuah tuduhan yang sama sekali tidak berdasar, apalagi benar, adalah kenyataan yang Ia terima dengan kesadaran dan tanpa perlawanan.
Hanya oleh karena kasihNya yang agung dan tidak bersyarat, hingga Ia mampu melakukan semua itu.
Berkorban bagi keluarga, saudara, dan teman-teman yang baik barangkali banyak orang yang mampu melakukannya. Tapi Yesus mengorbankan diriNya di kayu salib tidak saja bagi keluarga, saudara, dan teman-teman yang dicintainya, tapi bagi semua orang, termasuk bagi para pencemooh, para penghujat dan orang-orang yang menfitnahNya.
Kasih itu adalah anugerah terbesar yang diberikanNya tanpa syarat bagi semua manusia yang sangat dikasihiNya.
Bahkan Ia tidak mau meminum asam yang disodorkan prajurit Roma ke mulutNya di atas kayu salib untuk mengurangi rasa sakit di sekujur tubuhNya yang telah tercabik-cabik itu.