Pada hari Minggu, 24 Maret yang lalu, kami bersama serombongan keluarga dari Kabanjahe mengunjungi sebuah kawasan hutan pinus yang sedang dan akan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata baru berbasis agrowisata, serta telah di-launching pengembangannya sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Karo pada peringatan hari jadi Kabupaten Karo ke-73 tanggal 8 Maret 2019 yang lalu. Kawasan tersebut bernama Puncak Pelangkah Gading, terletak di Desa Kutambaru Kecamatan Munte Kabupaten Karo.
Kawasan Puncak Pelangkah Gading merupakan aset milik desa Kutambaru, yang memiliki luas lebih kurang 42 hektar dengan akses jalan masuk sejauh 2,5 km dari Desa Kutambaru. Kondisi jalan masih berupa jalan bebatuan dan jalan tanah selebar 10 meter. Dengan kondisi seperti itu, maka untuk mencapai Puncak Pelangkah Gading diutamakan menggunakan kendaraan doubel gardan.
Dari kepala desa, pak Benyamin Sembiring, yang ada bersama dengan kami dalam kunjungan itu, diperoleh informasi bahwa pemerintah desa Kutambaru ke depannya merencanakan untuk memanfaatkan lahan di kawasan Puncak Pelangkah Gading seluas 1 hektar untuk ditanami bunga-bunga dengan beragam jenis menggunakan dana desa tahun 2019.
Pengelolaan dan pengembagan kawasan wisata Puncak Pelangkah Gading ini nantinya akan melibatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), agar masyarakat desa betul-betul dapat menikmati dan mendapat manfaat dari kepariwisataan di desanya sendiri, bisa melalui hasil penjualan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan hal lainnya begitu nantinya objek wisata itu ramai dikunjungi baik oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Selain itu, kita juga akan terus mengembangkan lokasi step by step. Secara perlahan di Puncak Pelangkah Gading ini akan kita bangun lokasi off road mobil, sepeda motor dan sepeda gunung. Termasuk juga membangun home stay dan fasilitas umum terutama toilet," tambah pak Benyamin Sembiring.
Mendengar penuturan kepala desa yang menurut saya sangat ramah, informatif dan memiliki visi bisnis yang jauh kedepan, saya sangat senang. Kualifikasi seperti itu memang hal yang sangat penting dan dibutuhkan untuk mengelola bisnis pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat dan desa, kalau menurut saya.
Namun, saat memandang ke arah pucuk-pucuk pinus, dan pemandangan yang terhampar jauh di bawah bukit, saya justru merenungkan tantangan lain dari sebuah rantai proses pembangunan, termasuk pembangunan pariwisata.
Sekilas hutan pinus di sini membawa bayangan saya ke beberapa adegan romantis antara Edward Cullen dan Bella Swans dari sekuel Film Twilight Saga. Adegan dimana Bella sering bertemu secara diam-diam dengan Edward di hamparan kebun bunga di tengah hutan pinus, atau adegan ketika Edward membuktikan kekuatan anehnya sebagai seorang vampire dengan menggendong Bella ke pucuk pohon pinus yang menjulang tinggi dan bersama-sama mengagumi pemandangan indah yang ada jauh di bawah mereka.
Tersadar dari lamunan itu, aku mendengar suara anak-anak dari rombongan kami yang berkejaran menangkapi kupu-kupu yang merayap hinggap di atas tanah yang penuh guguran daun-daun dan buah pohon pinus. Aku kembali merebahkan diri dan memandang ke atas ke arah pucuk pohon pinus. Ternyata aku luput melihat selama memandang ke atas saat melamunkan adegan film Twilight Saga itu. Memang banyak sekali kupu-kupu yang beterbangan di antara pohon-pohon pinus di atas kepalaku, sesungguhnya sejak dari tadi tapi baru kusadari.
Aku mengambil beberapa foto kupu-kupu yang merayap di tanah. Malamnya setelah kembali ke rumah aku mencoba mencari tahu dari internet, nama, asal-usul dan apa saja yang bisa aku ketahui tentang kupu-kupu itu. Aku berpikir seandainya saja aku memiliki alat pemindai gambar atau foto yang bisa langsung terintegrasi dengan mesin pencari semacam ensiklopedia dunia serangga atau kupu-kupu, aku mungkin bisa mendapatkan informasi yang lengkap tentang segala hal menyangkut kupu-kupu ini. Itu aku saksikan ada di film-film Hollywood maupun film-film dokumenter di National Geographic. Sayangnya aku tidak punya.
Namun, setelah membandingkan foto-foto kupu-kupu yang aku cari-cari di internet pada laman wikipedia, aku menemukan informasi yang identik dengan ciri kupu-kupu yang aku foto di Puncak Pelangkah Gading, kemaren siang itu. Dari situ, saya menduga kalau kupu-kupu ini adalah salah satu dari jenis Swallowtail Butterfly, atau Kupu-Kupu Ekor Layang-Layang, Papilio Polytes. Dari kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insekta, ordo lepidoptera, famili papilionidae, genus papilio dan spesies papilio polyte.